Perupa Bali Galang Donasi untuk Pengungsi Gunung Agung
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Tiga perupa asal Bali yang menetap di Yogyakarta, Minggu (1/10) siang menggelar acara "Charity untuk Pengungsi Gunung Agung" di Pura Jagatnata, Jl. Plumbon, Sorowajan, Banguntapan-Bantul.
Kegiatan yang diinisiasi perupa I Dewa Made Mustika bersama Antasena, dan I Made Suyudana meliputi beberapa kegiatan yakni workshop singkat tentang sketsa wajah kepada pengunjung, pameran karya yang terjual untuk donasi bagi pengungsi Gunung Agung yang dalam beberapa minggu ini dalam meletus dalam status waspada, serta on the spots melukis-sketsa oleh tiga perupa.
"Dalam minggu terakhir ini saya membuat beberapa lukisan, saya tawarkan melalui media sosial. Hasil penjualan karya tersebut nanti kita kirim-sumbangkan kepada saudara-saudara kita yang sedang tertimpa musibah bencana meletusnya Gunung Agung." jelas Dewa Made Mustika kepada satuharapan.com
Sebanyak 23 lukisan tunggal serta 2 lukisan panel terjual dalam waktu singkat sejak Made Mustika berkabar tentang rencana charity tersebut.
"Saya tidak menentukan harga. Silakan kepada mereka yang berminat untuk menentukan harganya sendiri. Ini bukan lelang karya." kata Made Mustika lebih lanjut.
Sebar Karya dan Berdonasi bagi Sesama
Dengan rentang harga yang ditentukan sendiri oleh pembeli, selain berdonasi Made Mustika menjelaskan bahwa ini merupakan bagian dari caranya mendekatkan seni rupa kepada masyarakat umum.
"Sebagian besar besar yang membeli memiliki pengetahuan tentang karya seni rupa masih minim. Berapapun harga yang ditawarkan, kita terima. Toh ini bagian dari cara kami bersama-sama (dengan pembeli karya) untuk menyumbangkan sedikit bagi saudara-saudara kita di Bali. Kita tidak melihat nominal harga karya terjual." kata Made Mustika. Harapannya, dengan donasi semampunya tersebut dimana pembeli karya yang menentukan harganya sendiri bisa terjalin hubungan melalui sebuah kegiatan amal yang didasarkan pada kerelaan untuk membantu sesama semampunya.
Lebih lanjut Made Mustika menjelaskan bahwa satu orang hanya boleh membeli satu karya, serta berpesan kepada pembeli karyanya untuk merawat karya tersebut dan tidak dipindahtangankan atau dijual karena ini bagian dari edukasinya untuk mendekatkan seni (rupa) kepada masyarakat luas agar tidak berjarak.
Dua perupa muda yang melakuan sketsa wajah on the spots pun melakukan hal yang sama. Pengunjung yang ingin memiliki karya mereka, dipersilakan untuk dilukis sketsa wajahnya dengan mengganti seharga medium karya kertas ivory ukuran A4. Sementara Made Mustika sendiri membuat lukisan secara on the spots dengan gaya brush stroke yang menjadi ciri khasnya. Rencananya karya lukisan tersebut akan dilelang dan hasilnya disumbangkan bagi pengungsi meletusnya Gunung Agung.
Bisa dibayangkan, karya lukisan Made Mustika yang terjual dengan harga ratusan ribu rupiah ataupun sebuah sketsa wajah berharga puluhan ribu rupiah, sebuah harga yang cukup terjangkau bagi masyarakat luas, selain berdonasi bagi pengungsi Gunung Agung sesungguhnya ketiga perupa tersebut sedang "berdonasi" bagi edukasi seni kepada masyarakat luas.
Dengan melakukan sebar karya untuk donasi bagi pengungsi Gunung Agung, sesungguhnya Made Mustika bersama dua perupa muda sedang "menanam" investasi jangka panjang bagi perkembangan seni rupa di masyarakat luas: sebuah apresiasi-edukasi seni berikut karyanya yang semestinya tidak berjarak dengan masyarakat luas.
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...