Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 20:32 WIB | Kamis, 29 Desember 2022

Perusahaan Farmasi India Terkait Kematian Akibat Obat Batuk Sirop di Uzbekistan

Obat tersebut mengandung etilen glikol (EG) melebihi ambang batas yang diizinkan.
Logo Marion Biotech, sebuah perusahaan perawatan kesehatan dan farmasi terlihat di gerbang di luar kantor mereka di Noida, India, pada hari Kamis, 29 Desember 2022. (Foto: Reuters)

NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM - Regulator obat-obatan India mengatakan pada hari Kamis (29/12) bahwa mereka telah memeriksa fasilitas produksi Marion Biotech dan menjanjikan lebih banyak tindakan berdasarkan laporan penyelidikan setelah sirup obat batuk perusahaan tersebut dikaitkan dengan kematian 19 anak di Uzbekistan.

Perwakilan hukum Marion Biotech mengatakan pembuat obat-obatan dan kosmetik India itu menyesali kematian tersebut dan perusahaan telah menghentikan produksi sirop Dok-1 Max.

Regulator obat meninjau fasilitas perusahaan Noida di negara bagian Uttar Pradesh dan secara teratur berhubungan dengan mitranya di Uzbekistan, kata kementerian kesehatan India dalam sebuah pernyataan.

"Sampel sirup obat batuk telah diambil dari tempat pembuatan dan dikirim ke Laboratorium Pengujian Narkoba Regional, Chandigarh untuk diuji," kata kementerian tersebut.

Kementerian Kesehatan Uzbekistan mengatakan pada hari Rabu (28/12) bahwa setidaknya 18 anak di kota Samarkand meninggal setelah mengkonsumsi sirup yang diproduksi oleh produsen obat India tersebut.

Anak lain, berusia satu tahun, meninggal setelah diberi sirup selama lima hari, kata situs berita Uzbekistan report.uz pada Kamis (29/12), mengutip kantor kejaksaan wilayah Qashqadaryo.

Pejabat di wilayah Samarkand awalnya tidak melaporkan kematian tersebut ke kementerian, tambah laporan itu, mengutip Menteri Kesehatan Bekhzod Musayevand.

Tujuh karyawan diberhentikan oleh kementerian Uzbekistan setelah penyelidikan atas masalah tersebut, dan "tindakan disipliner" diambil terhadap beberapa spesialis. Tablet dan sirup Doc-1 Max juga telah ditarik dari semua apotek, tambah kementerian Uzbekistan dalam pernyataannya pada hari Rabu.

Sirup tersebut mengandung zat beracun, etilen glikol (EG), dan diberikan dalam dosis yang lebih tinggi dari dosis standar untuk anak-anak baik oleh orang tua mereka, yang mengira itu sebagai obat anti demam, atau atas saran apoteker, kata kementerian Uzbekistan.

Kementerian Bahan Kimia dan Pupuk India mengeluarkan perintah pada hari Kamis, menetapkan spesifikasi untuk mengatur penjualan etilen glikol mulai akhir Maret.

Insiden tersebut mengikuti insiden serupa lainnya di Gambia, di mana kematian sedikitnya 70 anak telah dikaitkan dengan sirup obat batuk dan pilek yang diproduksi oleh Maiden Pharmaceuticals Ltd yang berbasis di New Delhi. Namun, pemerintah India dan juga perusahaan tersebut telah membantah tuduhan tersebut.

India dikenal sebagai 'apotek dunia', dan telah menggandakan ekspor farmasi selama dekade terakhir, dengan nilai menyentuh US$ 24,5 miliar pada tahun fiskal terakhir. (Reuters)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home