Perusahaan Susah Cari Pelamar Kerja
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – HRD General Manager PT Adis Dimension Footwear, Sandi Witomo, mengatakan pihak perusahaannya mengalami kesulitan menemukan pelamar kerja yang dicarinya.
Dia mencontohkan, perusahaan sepatu yang berada di Kabupaten Majalengka – Jawa Barat kesusahan mencari karyawan di sana karena sebagian masyarakatnya lebih memilih mencari pekerjaan di kota besar seperti di Jakarta.
Menurutnya, pilihan masyarakat mencari pekerjaan di kota besar dikarenakan oleh besaran upah yang akan diperoleh pekerja lebih besar dibandingkan bekerja di daerah asalnya.
“Kita punya perusahaan di Majalengka, misalnya. Kita susah cari karyawan di sana karena kecenderungannya mereka lebih baik ke Jakarta dengan upah yang jauh lebih tinggi. Bedanya paling 3 jam atau 4 jam dari tempat asalnya mereka sudah sampai Jakarta. Jadi mereka lebih memilih kerja di Jakarta, sehingga kita enggak gampang mencari karyawan di daerah,” kata Sandi Witomo kepada satuharapan.com di Jakarta, hari Minggu (22/7).
Sementara itu di Jakarta, kata dia, kompetisi untuk mendapatkan pekerjaan juga cukup besar.
“Buat perusahaan juga enggak gampang merekrut mereka. Kita juga harus tahu history (sejarah hidup) mereka seperti apa dan sebagainya. Itu yang terjadi,” katanya.
Selain itu, kata dia, para pekerja biasanya akan memilih pekerjaan yang sesuai dengan industri atau tempat yang lebih baik daripada di pabrik yang kurang populer.
“Nah untuk pabrik kita sendiri, pabrik sepatu bukan industri yang dalam tanda kutip populer buat mereka. Mereka ingin kerja di mana sih? Kebanyakan otomotiflah, banklah dan sebagainya. Hal-hal seperti itu yang menjadi buat kita sedikit struggling (berjuang) mencari karyawan. Syarat kualifikasi sulit didapatkan,” katanya.
Dia mengatakan, saat ini pihaknya sudah menggunakan rekrutmen sistem daring untuk area sarjana sedangkan untuk level operator salah satunya menggunakan sistem dropbox.
“Mereka bisa Play Online masukkan semua CVnya secara online dan kita punya database juga secara online. Kalau ada kebutuhan perusahaan kita tinggal cari dari situ. Jadi nggak ada yang istilahnya kita buang. Cuma untuk di level-level operator saat ini salah satu chanel kita adalah justru dari karyawan sendiri, ada punya saudara, punya keluarga, mereka masukkan ke dalam dropbox yang ada di perusahaan. Di pabrik itu memang cukup banyak yang masuk, tapi sekali lagi kualifikasinya sesuai enggak dengan perusahaan yang terkadang masih belum cukup,” katanya.
TPT Turun Sebesar 5,13 Persen
Badan Pusat Statistik (BPS), Senin (7/5), mengumumkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Februari 2018 turun 140.000 orang dibandingkan periode yang sama di 2017.
Jumlah angkatan kerja pada Februari 2018 sebanyak 133,94 juta orang, naik 2,39 juta orang dibanding Februari 2017. Sejalan dengan itu, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 69,20 persen, meningkat 0,18 persen poin.
Dalam setahun terakhir, pengangguran berkurang 140.000 orang, sejalan dengan TPT yang turun menjadi 5,13 persen pada Februari 2018. Dilihat dari tingkat pendidikan, TPT untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tertinggi diantara tingkat pendidikan lain, yaitu sebesar 8,92 persen.
Penduduk yang bekerja sebanyak 127,07 juta orang, bertambah 2,53 juta orang dibanding Februari 2017. Lapangan pekerjaan yang mengalami peningkatan persentase penduduk yang bekerja terutama pada Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum (0,68 persen poin), Jasa Lainnya (0,40 persen poin), dan Industri Pengolahan (0,39 persen poin). Sementara lapangan pekerjaan yang mengalami penurunan adalah Pertanian (1,41 persen poin), Konstruksi (0,20 persen poin), dan Jasa Pendidikan (0,16 persen poin).
Sebanyak 73,98 juta orang (58,22 persen) penduduk bekerja di kegiatan informal, akan tetapi persentasenya menurun sebesar 0,13 persen poin dibanding Februari 2017.
Dari 127,07 juta orang yang bekerja,sebesar 7,64 persen masuk kategori setengah menganggur dan 23,83 persen pekerja paruh waktu. Dalam setahun terakhir, setengah penganggur dan pekerja paruh waktu naik masing-masing sebesar 0,02 persen poin dan 1,31 persen poin.
Upah Buruh
Rata-rata upah buruh pada Februari 2018 sebesar 2,65 juta rupiah, tertinggi di Kategori Jasa Keuangan dan Asuransi, yaitu sebesar 4,13 juta rupiah, sedangkan terendah di Kategori Jasa Lainnya, yaitu sebesar 1,44 juta rupiah.
Rata-rata upah buruh laki-laki per bulan (2,91 juta rupiah), lebih tinggi dibanding perempuan (2,21 juta rupiah).
Terdapat enam kategori dengan rata-rata upah buruh per bulan di bawah rata-rata upah buruh nasional.
Rata-rata upah buruh yang menamatkan pendidikan universitas sebesar 4,42 juta rupiah per bulan, hampir tiga kali lipat dari rata-rata upah buruh dengan pendidikan SD ke bawah yang hanya sebesar 1,57 juta rupiah.
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...