Pesan Natal Presiden GIDI: Bikin Pohon Natal di Hatimu
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Presiden Sinode Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) Papua, Dorman Wandikbo mengatakan pesan Natal tahun ini membuat pohon dan lampu Natal di hati supaya ada lilin untuk bisa menerangi setiap hati kecil kita.
“Saya bilang ke mereka, ‘orang Papua sekarang banyak orang untuk bikin pasang pohon Natal di rumah, pohon Natal di gereja, dekorasi di gereja’. Saya bilang ke mereka ‘tolong tahun ini bikin pohon Natal di hatimu, lampu Natal di hatimu’,” kata Pendeta Dorman Wandikbo menyampaikan pesan Natal 2015 dalam wawancara khusus dengan satuharapan.com, di Jakarta, hari Rabu (9/12).
“Nah itu pesan saya supaya ada lilin untuk bisa menerangi di hati-hati kecil. Jangan sampai di luar bikin pohon Natal tapi di dalamnya gelap,” kata dia menambahkan.
Kedua, lanjut Dorman, dalam rangka Natal ini harus ada orang yang harus diselamatkan. Karena di Papua itu—bicara mayoritas Kristen—tapi banyak orang yang belum mengenal Yesus dan belum percaya Yesus sebagai Tuhan Juru Selamat secara pribadi. Kepastian Keselamatan sangat penting.
“Gembala-gembala jangan sibuk mengurus acara Natalnya tetapi lihat jiwa-jiwa yang tertinggal,” katanya.
Ketiga, pesan Natal tahun ini adalah kami GIDI akan lebih banyak memberikan perhatian kepada ibu-ibu janda dan mereka yang ada di tahanan. “Jadi saya sudah sampaikan kepada semua untuk bikin kado masing-masing,” katanya.
“Tanggal 25 (Desember) seluruh wilayah GIDI bikin kado masing-masing, kado apa saja, tetapi nanti pemberiannya kepada janda-janda, duda-duda, dan mereka yang ada di tahanan. Kami akan lakukan itu pada tanggal 25 Desember,” lanjut dia.
Keempat, Natal tahun ini adalah Natal keluarga, maka suami yang kerja di kantor, suami yang kerja di kabupaten, semua minta izin supaya merayakan Natal bersama keluarga. Jadikan Natal keluarga.
“Suami jangan bikin jadwal ke luar. Istri jangan sibuk bikin kegiatan. Tetapi tinggal, duduk dengan anak-anak. Jadi kalau Natal tahun kemarin sibuk sana-sini, sekarang jadikan Natal keluarga,” katanya.
Dorman mengatakan, jemaat merayakan Natal lebih banyak bersama keluarga, lebih banyak ambil waktu bicara dengan keluarga. “Panggil om ke mana, anak ke mana, anak yang sekolah di mana kalau ada biaya uang yang cukup panggil dia datang. Jadi jadikan keluarga, karena gereja ke depan akan jadi baik karena mulai dari keluarga,” katanya.
Dan kelima, kata Dorman, setiap kamu lakukan Natal adalah menjaga keamanan diri sendiri. Tidak bisa mengharapkan TNI-Polri yang jaga kita. Harus keamanan sendiri.
“Jadi kalau Natal sudah mulai malam, kalau sudah bikin malam kudus begitu—ada majelis-majelis, ada pemuda-pemuda gereja—yang harus menjadi keamanan, karena situasi Natalnya kurang aman untuk di Papua,” katanya.
“Jadi jangan Polisi datang untuk menjaga. Tidak boleh bicara polisi, tidak boleh bicara Tentara tetapi orang Papua bisa jaga diri sendiri,” kata dia menegaskan.
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...