Pesan Paskah 2020: Kebangkitan Kristus Membawa Harapan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pada saat ini, umat Kristen di seluruh dunia bersiap merayakan Paskah, peristiwa kebangkitan Yesus Kristus, di dalam suasana duka dan penuh pergumulan. Bagaimana kita dapat merayakan kehidupan, bahkan “dalam segala kelimpahan” (Yoh. 10:10), sementara kita menyaksikan begitu banyak orang berjuang di ambang batas kehidupan dan kematian, akibat pandemi COVID-19?
Berkaitan dengan Majelis Pekerja harian Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (MPH-PGI) telah mengeluarkan Pesan Paskah 2020.
Dalam pandemi COVID-19 ini, kematian ternyata begitu dekat dengan kita, bahkan telah merenggut kehidupan orang-orang yang kita kasihi.
Dalam kesedihan yang mudah membuat kita berputus asa ini, sekali lagi kita disapa oleh berita Paskah yang menjadi pusat iman kita: Kristus telah bangkit mengalahkan kematian!
Pesan Alkitab dari Lukas 24:5-6, berkisah tentang berita Paskah yang disampaikan oleh dua malaikat kepada para perempuan yang mendatangi kubur Yesus. Berita itu sangat jelas: Ia telah bangkit!
Di dalam iman kepada Allah yang membangkitkan Yesus Kristus melalui kuasa Roh Kudus, kita menjadi Umat Kebangkitan. Kita diundang untuk terus mempersaksikan kehidupan yang kita temukan di dalam Kristus yang bangkit melalui kehidupan kita secara pribadi maupun bersama-sama sebagai satu tubuh.
Undangan tersebut harus kita sambut dengan terus memperjuangkan, merawat, dan memberikan kehidupan, bukan yang mengancam kehidupan. Itulah Paskah yang sejati.
Komitmen untuk merawat dan memberikan kehidupan ini mengakar kuat pada identitas kita, bukan hanya sebagai Umat Kebangkitan, namun juga Umat Berpengharapan.
Identitas ini harus terwujud secara nyata di dalam keberanian iman kita melawan pandemi COVID-19.
Sikap iman dan harap itu diwujudkan ke dalam cinta kasih. Salah satunya adalah melalui kepatuhan kita pada anjuran pemerintah untuk berdiam diri di rumah, demi memutus rantai penyebaran virus ini.
Sebagai Gereja, kita juga menerjemahkan usaha ini dengan mengubah cara beribadah kita, dari ibadah yang secara ragawi berkumpul di gedung Gereja ke ibadah keluarga di rumah masing-masing, yang disebut juga sebagai “Gereja kecil” (ecclesiola).
Dengan melakukan anjuran pemerintah dan otoritas medis itu, kita menerjemahkan iman Paskah yang merawat dan memberikan kehidupan.
Sebaliknya, sikap abai pada usaha-usaha itu justru menjadikan Kekristenan dan Gereja sebagai ancaman atas kehidupan bersama, dan dengan demikian berlawanan dengan iman Paskah. (pgi.or.id)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...