Pesan Pengampunan dan Kasih Setelah Bom Gereja Kairo
KAIRO, SATUHARAPAN.COM - Ketika umat Kristen Gereja Koptik Mesir diserang bom saat beribadah di Katedral St Markus di Kairo, hari Minggu (11/12), Institute Anafora di kota itu tengah menyelenggarakan konferensi yang bertema "Sata Irenaeus dan Pencerahan Kemanusiaan."
Dalam suasana duka yang menyebabkan 25 orang, terutama perempuan dan anak-anak tewas, dan puluhan luka-luka, menyebabkan Paus Tawadros II dari Gereja Koptik tidak bisa menghadiri konferensi itu dan hanya menyampaikan pesan memalui video.
Namun Uskup Anba Thomas dari Qussia, pendiri Institute Anafora menyampaikan pesan dalam konferensi itu. Seperti dilaporkan situs Dewan Gereja Dunia, dia mengatakan, "Kami berdiri teguh, untuk mengatakan kami tidak takut. Kami tidak takut, tapi kami akan tetap dengan prinsip apa yang diajarkan Yesus kepada kita. Yesus berkata untuk berdoa bagi mereka yang menganiaya kamu, mengasihi musuh Anda, maafkan, dan berbuat baik kepada mereka."
"Apa yang kami lakukan ketika kami mendirikan Institute Anafora adalah kita menggali jauh ke dalam tanah, sampai kami menemukan air. Kami mengangkat air ke permukaan, menyiramkan ke seluruh tanah, dan itu membuahkan hasil. Sama yang harus Anda lakukan pada diri sendiri: menggali lebih dalam sampai Anda menemukan kasih Yesus, membawa Kristus ke permukaan, dan itu akan menghasilkan buah dalam hidup Anda ".
Pernyataan Anba Thomas menegaskan pesan untuk menggali lebih dalam menemukan sumber kehidupan, harapan dan pengampunan yang tampaknya merupakan kunci dalam mencari perdamaian dan rekonsiliasi.
Kehidupan di Abad ke-21
Konrefensi itu diselenggarakan sebagai kerja sama Institute Anafora dan Universitas Lyon. Para ulama, mahasiswa dan teolog dalam pertemuan itu mengeksplorasi tulisan St Irenaeus dan para pendiri awal gereja untuk menemukan pengajaran bagi kehidupan orang Kristen di abad ke-21 ini.
John Behr dari Seminari Teologi Ortodoks St Vladimir, menyampaikan pada sesi pertama yang menekankan banyak kesamaan antara konteks teologis dari St Irenaeus dan kehidupan hari ini.
"Kita harus ingat bahwa tulisan-tulisan Irenaeus berasal dari konteks Kristen pra-kekaisaran, yang dalam banyak hal mirip dengan zaman kita yang hidup di hari ini," kata Behr.
"Pemahaman kita tentang teologi telah terpecah-pecah, dan kadang-kadang sulit untuk melihat apa yang menyatukan kita. Tapi saya percaya bahwa tujuan kita di sini, di Mesir, dalam mempelajari ajaran Irenaeus, adalah cara untuk bersama-sama bergerak maju. "
Pesan Paus Tawadros II
Kepala Gereja Koptik, Paus Tawadros II, melalui pesan video mengatakan, "Sebagai gereja, kita selalu mendorong penelitian dan studi tentang akar kita bersama dan sejarah pertama kita sebagai orang Kristen," kata Tawadros.
"Kita tahu St Irenaeus sebagai tokoh penting ekumenisme antara Barat dan Timur, dan itu adalah harapan saya bahwa pertemuan ini dapat membawa kita menjadi lebih dekat.
Sementara Anba Thomas menyampaikan, "Kita berkumpul untuk konferensi ini pada saat yang sangat sulit, tapi fokus kita, pikiran dan usaha kita, tidak memerangi orang-orang, tetapi dalam menemukan harapan dalam bergerak maju. Kita akan bersama dalam doa. Dan doa-doa kita tidak hanya ditujukan kepada orang-orang Mesir, tetapi bahwa kita semua dapat merendahkan diri di hadapan Tuhan, berdoa untuk pengampunan bersama-sama, untuk semua orang. "
"Ketika kita menyaksikan tragedi seperti yang terjadi pada hari Minggu lalu, sangat mudah bagi kita untuk merasakan kebencian. Tapi memaafkan adalah tanda Allah. Hati kita berdarah, air mata kita tidak berhenti menetes, tapi kita masih mengampuni, kita memikul salib kita, dalam martabat dan damai,"kata Thomas.
"Pada St Irenaeus, kita bisa belajar tentang martabat mereka yang telah meninggalkan kita dalam kemartiran. Kita semua bisa berdiri bersama-sama dalam keheningan, untuk berdoa. "
Visi Allah Yang Hidup
Dr Marie-Laure Chaieb dari Université Catholique de L'Ouest Prancis mengajak merenungkan antropologi St Irenaeus yang menekankan bahwa "kehidupan seseorang, adalah visi Allah yang hidup."
"Kemuliaan Allah adalah pada manusia yang hidup. Seseorang yang hidup adalah ekspresi dari kemuliaan Allah," kata Thierry Magnin, Rektor dari Universitas Katolik Lyon. "Di sini, di Anafora, kita melihat contoh dan ekspresi tersebut."
Institute Anafora adalah pusat retret dengan misi di seputas lima dimensi: untuk mempromosikan refleksi spiritual; untuk menjembatani kesenjangan antar budaya dan denominasi; menawarkan pendidikan melalui partisipasi dan pengalaman hidup; memperkuat pembangunan daerah, hak asasi manusia dan keadilan gender; dan membangun kesadaran akan kebutuhan untuk hidup dalam harmoni dengan seluruh ciptaan.
Editor : Sabar Subekti
Warga Batuah Serahkan Seekor Trenggiling ke BKSDA
SAMPIT, SATUHARAPAN.COM- Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resor Sampit Kabupaten Kotawaring...