Pesan Yohanes Pembaptis
Inilah salah satu jalan dalam pemberantasan korupsi dan penegakan HAM.
SATUHARAPAN.COM – Hari Antikorupsi Internasional (9/12) dan Hari HAM Internasional (10/12) hanya berselang satu hari. Keduanya memang berkaitan. Segala bentuk penyelewengan kuasa niscaya bermuara pada pelanggaran HAM. Berkenaan dengan korupsi dan HAM, Yohanes Pembaptis, di Minggu Adven III, punya pesan yang layak didengar.
Berbagi Sandang Pangan
”Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga demikian.” (Luk. 3:11).
Yohanes Pembaptis berbicara mengenai apa yang dimakan dan dipakai. Pada lambang negara kita, Garuda Pancasila, lambangnya padi dan kapas. Jelas, anak Zakharia itu sedang membicarakan kebutuhan primer—yang dibutuhkan manusia untuk tetap menjadi manusia. Dia menegaskan pentingnya berbagi.
Itu tidak berarti kita nggak boleh punya baju cadangan. Bukan itu maksudnya. Tetapi, jangan sampai kita bingung mau pakai baju apa, sementara tetangga kita enggak punya baju pantas pakai. Lagi pula, orang tak mungkin memakai dua baju sekaligus!
Berkait soal makanan, manusia hanya perlu sepiring nasi sekali makan. Kalaupun nambah, paling banter hanya sepiring nasi. Lagi pula, kita jarang memasak segelas beras bukan? Ketimbang dibuang atau terbuang, ya lebih baik dibagikan kepada yang membutuhkan!
Jangan Korup!
”Jangan menagih lebih banyak daripada yang telah ditentukan bagimu.” (Luk. 3:13). Tegasnya: jangan menyalahgunakan jabatan. Jangan korup!
Jabatan itu amanat, bukan alat untuk mengumpulkan kekuasaan dan menggunakannya demi kepentingan sendiri. Kalaupun dipahami sebagai alat, ya harus dipakai untuk kesejahteraan umum.
Kepada para prajurit yang bertanya, anak Zakharia itu menjawab, ”Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu.” Jelas maknanya: jangan menyalahgunakan wewenang dan cukupkan diri dengan gaji yang ada! Masalahnya kerap di sini. Ketika seseorang memiliki senjata dia merasa lebih hebat dari orang lain dan cenderung mencari tambahan dengan mengobyekkan senjatanya. Yohanes Pembaptis menegaskan pentingnya rasa cukup.
Buah Pertobatan
Hamba Allah bukan sekadar status. Hamba Allah merupakan panggilan untuk menghasilkan buah yang sesuai dengan pertobatan. Pertobatan saja belum cukup. Pertobatan harus tampak dalam perbuatan.
Bila tidak, ”Kapak sudah siap untuk menebang pohon sampai ke akar-akarnya.” (Luk. 3:9). Terkesan kejam, sejatinya lumrah. Seteduh-teduhnya pohon mangga, dan itu pasti ada gunanya, pemilik pohon pasti ingin menikmati buahnya. Lagi pula, tidak berbuah hanya menghabiskan hara dalam tanah. Tidak berbuah berarti pula pemborosan energi dan waktu Sang Pemilik.
Sekali lagi, ”Hasilkan buah-buah yang sesuai dengan pertobatan!” (Luk. 3:8). Itulah satu-satunya jalan dalam pemberantasan korupsi dan penegakan HAM di negeri ini.
Editor: Yoel M Indrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...