Pesparawi XIII: Indonesia Bernyanyi dengan Kasih Tuhan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Mahasiswa-mahasiswa di Indonesia bernyanyi dengan kasih Tuhan sepenuh hati untuk para pendengarnya. Hal ini disampaikan oleh Dr. Andre J. Thomas, Direktur Paduan Suara di Florida State University, Amerika Serikat dalam Simposium bertajuk ‘How to Sing Gospel’ dan ‘Master Class’ pada Kamis (2/9) sebagai rangkaian acara Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) Mahasiswa Tingkat Nasional XIII.
Andre yang menjadi salah satu juri tamu Pesparawi XIII ini mengaku dikejutkan dengan kemampuan mahasiswa-mahasiswa Indonesia dalam bidang seni suara.
“Saya mendengar Indonesia bernyanyi dengan kasih Tuhan untuk kita semua. Dan mudah-mudahan (Pesparawi) ini bisa berulang seratus ribu kali, bahkan lebih,” ujarnya.
Andre yang sebelumnya buta informasi tentang Indonesia merasa begitu kaget ketika mengetahui kontingen-kontingen Pesparawi ini berasal dari berbagai pulau. “Ternyata negara ini sungguh besar, tetapi saya tidak kaget mengenai paduan suaranya karena sebelumnya saya pernah mendengar paduan suara Indonesia yang berkelana dan mengikuti kompetisi di dunia,” katanya.
Sebelumnya, Andre memang pernah menyaksikan paduan suara Indonesia mengikuti lomba paduan suara tingkat internasional di Lavia, Finlandia. Ketika itu ia didaulat menjadi salah satu juri. Andre memiliki kesan tersendiri dengan paduan suara Makassar yang mewakili Indonesia dalam ajang paduan suara tingkat dunia tersebut, terutama saat membawakan lagu dengan kategori folklore.
“Saya terkesan dengan paduan suara dari Makassar, mereka membawakan lagu dengan kategori folklore. Impresi saya begitu positif. Paduan suara Indonesia memang sudah mendunia dan kemampuannya menyanyikan lagu-lagu barat terutama menyanyikan folklore sangat memberi kesan yang luar baisa,” Andre mengungkapkan kekagumannya.
Perbedaan etnis yang begitu menonjol menurut Andre tidak menghalangi anak muda di Indonesia untuk berkarya. Hal inilah yang seharusnya dilihat dan dicontoh oleh bangsa-bangsa lain di dunia.
“Saya tidak pernah mendengar Indonesia sebelumnya dan belum pernah ke Indonesia sama sekali, tetapi melihat dan mendengar paduan suara dengan latar belakang etnis yang berbeda , kulit berbeda, rambut berbeda, dan yang begitu berbeda saya pikir Indonesia sangat kaya akan kebudayaan. Dunia harus mencontohnya,” ujarnya.
Pesparawi XIII yang digelar oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta dan Universitas Kristen Indonesia (UKI) ini juga mengundang juri tamu dari Dean School of Music Hansei University, Korea Selatan Dr. Eui Joong-Yoon.
Senada dengan Andre, Joong-Yoon yang ditemui satuharapan.com di Graha William Soeryadjaja, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Indonesia, Cawang, Jakarta Timur juga menyampaikan kekagumannya terhadap antusiasme masyarakat Indonesia di bidang paduan suara. Menurut pengakuannya, acara serupa tidak terdapat di Korea padahal acara semacam ini merupakan acara yang dinilai sangat positif bagi generasi muda.
“Saya sangat terkesan dengan festival ini terutama dilakukan antaruniversitas yang sangat baik untuk generasi dan juga pemuda. Sebenarnya, di Korea tidak pernah dilaksanakan dan sulit sekali dilaksanakan berhubung dengan jadwal di universitas di Korea yang berbeda-beda. Akan tetapi, saya sangat mendukung dan akan mengambil ide ini untuk memulainya di Korea,” kata Joong-Yoon.
Secara tidak langsung, konsep Pesparawi di Indonesia yang juga akan dimulai di Korea oleh Joong-Yoon ini telah memberi kontribusi bagi perkembangan paduan suara internasional.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...