Petani Garut Rasakan Dampak Kemarau Sejak Sebulan
GARUT, SATUHARAPAN.COM –Tanaman padi di beberapa areal persawahan Kabupaten Garut, Jawa Barat, terancam kekeringan, karena kurangnya pasokan air dari saluran irigasi sebagai dampak musim kemarau, yang melanda daerah itu sejak sebulan lalu.
"Sudah lama tidak turun hujan, kalau dua minggu ke depan tidak turun hujan, sawah saya bisa mati," kata Asep Suharja, petani asal Kampung Cianten, Desa Cigawir, Kecamatan Selaawi, Garut, Rabu (1/8).
Ia mengatakan, sudah sebulan lebih hujan tidak turun di areal persawahan Selaawi atau kawasan Utara Garut, sehingga tanaman pertanian di antara padi terjadi kekeringan akibat kurangnya pasokan air.
Air irigasi yang selama ini diandalkan petani Selaawi, sebutnya sudah menipis, sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan air di kawasan Desa Cigawir.
"Pasokan air dari irigasi sudah sedikit, sehingga tidak cukup untuk mengairi sawah," katanya.
Air irigasi yang melintas di Desa Cigawir hanya cukup mengairi sekitar irigasi, sedangkan sawah yang lokasinya lebih jauh tidak kebagian air.
Sebelumnya, Asep mengaku terpaksa menanam padi saat musim kemarau, karena diprediksi hujan tidak lama lagi akan turun, serta air irigasi akan mencukupi kebutuhan sawahnya, tetapi kenyataannya terbalik.
"Tadinya saya mengadu nasib akan cepat turun, tapi nyatanya tidak turun (hujan)," katanya.
Petani lainnya, Epon (52) mengatakan, sebagian tanah sawah yang sudah ditanami sebulan lalu mulai terlihat retak-retak akibat kekurangan pasokan air.
Meskipun sudah terlihat retak, ia tetap berusaha untuk memenuhi kebutuhan air sawah dari air irigasi yang ada dengan harapan tidak terlalu besar kerugiannya.
"Saya berusaha, agar sawah tetap terpenuhi airnya, dan mudah-mudahan hujan turun," katanya. (Antaranews.com)
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...