Piala Dunia Momentum Kerja Sama Ekonomi RI-Qatar
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Indonesia berusaha memanfaatkan momentum Piala Dunia 2022 Qatar yang berlangsung sejak 19 November untuk mendorong peningkatan kerja sama ekonomi dengan negeri Keluarga Al Thani itu.
Upaya meningkatkan kerja sama itu terlihat dari bertambahnya jumlah kunjungan menteri Kabinet Indonesia Maju ke Qatar yang difasilitasi oleh Kedutaan Besar RI Doha.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno sudah melakukan kunjungan kerja di Qatar pada awal Desember ini dan mengadakan sejumlah pertemuan dengan beberapa pelaku bisnis serta investor di Doha.
Sementara itu, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia serta Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi juga dijadwalkan melakukan kunjungan kerja ke Qatar.
Kedatangan para menteri tersebut wajar, sebab menurut Pelaksana Fungsi Ekonomi KBRI Doha, Maulana Syahid, masih banyak potensi kerja sama ekonomi Indonesia-Qatar yang bisa ditingkatkan.
Terlebih dalam bidang investasi, di mana menurut Maulana, Qatar merupakan salah satu negara di Timur Tengah yang terbukti dalam hal penanaman modal di Indonesia.
"Coba dilihat dari negara di Timur Tengah yang ada perusahaan-perusahaan besarnya di Indonesia? Qatar sudah ada pengalaman dan willing untuk invest lagi," kata Maulana saat ditemui di kantornya di Doha, Kamis (15/12).
Maulana mencontohkan beberapa perusahaan besar Qatar yang sudah berinvestasi dan beroperasi di Indonesia seperti Ooredoo di bidang telekomunikasi, Qatar National Bank (QNB) di bidang perbankan, dan Nebras Power yang memiliki saham di PT Paiton Energy Company, pemilik pembangkit listrik swasta di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Kemudian, sejak 2018 pemerintah Qatar melalui Qatar Investment Authority (QIA) juga telah menandatangani komitmen senilai 500 juta dolar AS untuk berinvestasi dalam pengembangan di lima destinasi wisata utama Indonesia.
Selain itu, produsen susu nasional Qatar, Baladna juga telah menggandeng PT Berdikari dalam kerja sama bidang peternakan di Indonesia. Baladna juga tengah meninjau rencana berinvestasi membangun peternakan susu di Indonesia.
Kendati demikian, Maulana mengingatkan bahwa karakteristik investasi dari wilayah Timur Tengah lebih sering bersifat brownfield ketimbang greenfield.
"Tipikalnya memang begitu, kalau Timur Tengah tidak model greenfield yang harus babat alas gitu, mereka lebih ke brownfield. Mereka punya uang biasanya ambil yang lebih mudah, bisa tadi akuisisi company atau kerja sama dengan perusahaan yang sudah established di Indonesia," ujarnya.
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...