Piala Eropa 2016: Menanti Sengatan Cappocannoniere tua
Jelang Pertandingan Italia vs Swedia
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Prestasi timnas Itali dalam kejuaraan Piala Eropa tidak sebagus dibanding keikutsertaan mereka dalam Piala Dunia. Sejak pertama kali digelar, Italia baru mampu menjadi juara Piala Eropa pada tahun 1968.
Pada penyelenggaraan Piala Eropa 2000 dan 2012 Italia mampu mencapai final, namun kedua laga final tidak mampu mereka menangi. Tahun 2000 mereka dikalahkan 2-1 oleh Prancis, sementara tahun 2012 dikalahkan timnas Spanyol 4 gol tanpa balas.
Prestasi Swedia dalam kejuaraan Piala Eropa diraih pada tahun 1992 saat menjadi tuan rumah dimana Thomas Brolin dkk mampu mencapai babak semi final. Langkah Swedia di semi final dihentikan oleh Thomas Häßler dkk dengan skor 3-2. Jerman sendiri akhirnya dikalahkan oleh Denmark dua gol tanpa balas.
Timnas Italia dan Swedia sudah saling bertemu sebanyak 21 laga. Italia memenangi 9 laga, 6 laga berakhir seri, sisanya dimenangi Swedia.
Pada Piala Eropa 2000, Italia mengalahkan Swedia dengan skor 2-1, sementara dalam perjumpaan mereka di Piala Eropa 2004 kedua timnas berbagi gol 1-1. Menariknya pencetak gol Swedia saat itu Ibrahimovic saat ini masih menjadi tulang punggung Swedia, sementara pencetak gol Italia Antonio Cassano sudah tidak menjadi pemain timnas Italia.
Dalam kejuaraan Piala Eropa 2016, kedua tim akan bertemu di fase grup E pada 17 Juni 2016 di Stadion Stade de Toulouse, Toulouse pukul 15.00 waktu setempat pukul 20.00 WIB.
Prediksi pertandingan
Dengan membawa tiga pemain belakang yang mengantarkan Juventus mendominasi Serie A dalam lima musim kompetisi terakhir Chiellini, Bonnuci, Barzagli, pelatih Conte sedikit bisa bernapas lega. Pemain belakang tersebut masih dilapis pemain muda De Sciglio serta Darmian. Hasilnya selama babak kualifikasi grup H mereka tidak pernah mengalami kekalahan.
Italia mengawali penampilan perdananya di Piala Eropa 2016 dengan baik. Tidak diunggulkan justru mampu mengalahkan Belgia yang dipenuhi pemain yang lebih bertenaga dibanding Italia. Strategi pertahanan grendel terbukti mampu meredam pergerakan pemain tengah-depan Belgia.
Lini tengah akan menjadi ajang trio Candreva/Motta-De Rossi-El Shaarawy, beradu Wernbloom-Durmaz-Zengin. Dalam babak kualifikasi grup H trio Candreva/Motta-De Rossi-El Shaarawy mampu mengimbangi gelandang-gelandang muda Kroasia.
Perebutan lapangan tengah dengan memanfaatkan lebar lapangan akan terjadi. Ekdal-Durmaz akan bertarung melawan De Sciglio-Darmian, sementara di jantung permainan Wernbloom akan beradu visi dengan De Rossi.
Meskipun mampu menahan Rep. Irlandia, penampilan Swedia jauh di bawah perform terbaiknya. Swedia seolah kehilangan sentuhan akhir dalam penyelesaian serangannya. Menghadapi Italia yang memiliki pertahanan lebih solid dibanding Rep. Irlandia, pelatih Hamren harus lebih jeli membaca pertahanan Italia serta serangan baliknya. Dua gol Italia ke gawang Courtois berawal dari serangan balik yang cepat.
Sekiranya Wernbloom mampu membongkar grendel yang dikomandoi De Rossi, Zengin berkesempatan melakukan penetrasi serangan sedikit melebar. Pergerakan yang demikian akan menguntungkan bagi Ibra untuk langsung masuk ke kotak penalti.
Di sisi lain, peran De Rossi menggantikan Pirlo sebagai deep lying miedfilder memberi keleluasaan Candreva dan El Shaarawy menjelajah naik-turun dalam pertahanan Swedia. Kedua pemain memiliki kemampuan memberikan umpan matang maupun mencetak gol dari lini kedua. Pada pertandingan pertama, De Rossi mampu meredam permainan gelandang Belgia sehingga serangannya seolah terhenti di lini kedua.
Tercatat dua kali Candreva mencetak gol ke gawang Kroasia saat babak kualifikasi. Artinya, selain harus menjaga Pele ataupun Eder di kotak penaltinya, pemain belakang Swedia harus mencermati pergerakan Candreva-El Shaarawy.
Pertarungan Ibra-Zengin dengan Chiellini, Bonnuci, Barzagli akan berlangsung menarik. Bagaimanapun Ibra mengenal permainan Italia dengan baik. Tahun 2009 saat merumput di klub Internazionale dan di AC Milan tahu 2012 , Ibra menjadi cappocannoniere. Empat gelar juara Serie A bersama Inter dan AC Milan menjadi bukti bagaimana ketajaman Ibra mampu menaklukkan kompetisi Serie A yang terkenal dengan pertahanannya yang rapi.
Hasil imbang saat menghadapi Rep. Irlandia di pertandingan pertama menjadi bukti bahwa Ibra masih belum habis. Tembakan langsung ke gawang ataupun umpannya masih mampu mengancam gawang Rep. Irlandia. Hanya kegemilangan penjaga gawang Randolph serta ketatnya pertahanan yang rapat pemain belakang Irlandia mampu menyelamatkan mereka dari kekalahan.
Hingga saat ini Ibra yang bermain untuk PSG-Prancis masih tercatat sebagai penyerang yang haus gol. Dan bermain di Prancis ada satu keuntungan tersendiri bagi Swedia, dimana Ibra menjadi idola yang telah mengangkat PSG menjadi salah satu klub elite eropa.
Bagi Swedia tidak ada jalan lain untuk memenangkan pertandingan mengingat pertandingan berikutnya mereka akan menghadapi tim favorit juara Belgia. Hanya yang perlu menjadi perhatian serius pelatih Hamrén, jangan pernah meremehkan Italia seburuk apapun penampilan mereka, terlebih mereka saat ini bermodalkan semangat kemenangan atas tim kuat Belgia.
Perkiraan susunan pemain:
Italia (5-3-2) : Buffon (gk), Darmian, Chiellini, Bonnuci, Barzagli, Giaccherini/De Sciglio, Candreva/Motta, De Rossi, El Shaarawy/Parolo, Eder, Pelle/Immobille. | pelatih: Antonio Conte
Swedia (4-2-3-1) : Isaksson (gk), Lustig, Granqvist, J. Olsson, M. Olsson, Ekdal, Wernbloom, Larsson/ Hiljemark, Durmaz, Zengin, Ibrahimovic. | pelatih: Erik Hamrén
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Risiko 4F dan Gejala Batu Kantung Empedu
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Dokter spesialis bedah subspesialis bedah digestif konsultan RSCM dr. Arn...