Piala Eropa 2016: The Rocket vs Gareth Bolt
Babak 4 Besar: Portugal vs Wales.
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Keberuntungan, kata ini yang seolah dapat mewakili lolosnya Portugal ke babak 4 besar Piala Eropa. Dua kali bertemu tim kuat dan juga digadang-gadang oleh banyak pihak menjadi calon juara Kroasia dan Polandia. Mimpi Kroasia dibuyarkan dalam 3 menit menjelang bubarnya babak kedua tambahan waktu sementara Polandia disingkirkan dalam drama adu penalti.
Dua pertandingan dimana Dewi Fortuna seolah memayungi tim Portugal menyingkirkan lawan-lawannya yang secara materi pemain lebih muda, kreatif, dan bertenaga. Meski demikian, Portugal mengalami tren peningkatan permainan dalam dua pertandingan terakhirnya. Menghadapi Kroasia yang lebih banyak memainkan bola dari kaki ke kaki, Cristiano Ronaldo dkk mampu menahan permainan gelandang kreatif Perisic, Modric, KovaÄiÄ, RakitiÄ. Sementara saat menghadapi Polandia mereka mampu mengimbangi permainan bola-bola panjang yang dimainkan Blazsykowski dkk.
Wales mencetak sejarah dengan menembus babak 4 besar pada debut mereka di Piala Eropa. Tiga gol yang dicetak Ashley Williams, Robson Kanu, dan Vokes mengubur impian generasi emas Belgia yang dipenuhi talenta yang banyak merumput di klub-klub elite Eropa. Talenta dan kebintangan Belgia tidak serta merta merontokkan keberanian pemain Wales. Dengan pencapaian tersebut, Williams dkk melewati pencapaian timnas Wales di Piala Dunia 1958 saat mencapai babak perempat final (8 besar) sebelum disingkirkan Brasil.
Tiga gol dimana 2 gol melalui tandukan Williams dan Vokes yang menjadi ciri khas tim-tim Inggris Raya dengan permainan bola-bola atas menjadi bukti Wales sudah mulai menemukan bentuk terbaik permainannya. Bermain dengan gayanya sendiri dengan bola-bola panjang yang efektif menjadi salah satu tontonan menarik Piala Eropa 2016.
Di babak 8-besar mereka tidak sekedar mengimbangi permainan Belgia, tapi justru mendominasi permainan meskipun sempat ketinggalan 1 gol. Dengan cara itu Williams dkk membuat frustrasi gelandang Belgia dan menghentikan langkahnya di babak 8-besar.
Babak 4 besar yang mempertemukan Portugal dengan Wales akan berlangsung di Stadion Stade de Lyon, Lyon pada 6 Juli 2016 pukul 21.00 waktu setempat atau 7 Juli pukul 02.00 WIB.
Setelah menyingkirkan Kroasia di babak 16-besar, ujian Portugal berlanjut di babak 8-besar menghadapi Polandia. Dalam permainan yang ketat sepanjang 2 x 45 ditambah 2 x 15 menit, kemenangan yang ditentukan oleh adu tendangan penalti bukan sebentuk kekalahan. Ini hanya konsekuensi yang harus diterima semua tim dalam babak gugur. Saat Polandia disingkirkan Portugal dalam drama adu penalti, kedua tim telah menunjukkan performa terbaiknya dalam permainan tempo tinggi.
Ronaldo dkk mengulang pencapaian pada Piala Eropa 2012 saat mereka mencapai babak 4-besar. Ini merupakan pencapaian kelima mereka dalam Piala Eropa menembus babak 4-besar setelah sebelumnya pada tahun 1984, 2000, 2004, dan 2012 lolos ke semi final Piala Eropa.
Tahun 2004 bahkan mencapai partai puncak sebelum dihentikan Yunani dengan skor tipis 1-0. Itulah prestasi terbaik Portugal di Piala Eropa.
Saat mengalahkan Polandi di babak 8-besar, pelatih Fernando Santos mencoba formasi baru 4-1-3-2 dengan memainkan gelandang belia Renato Sanches di depan gelandang muda Danilo. Kepercayaan yang diberikan pelatih dibalas dengan sebuah gol ke gawang Fabianski.
Dengan gol pertamanya di usia 18 tahun pada Piala Eropa, Sanches berpeluang mengisi jajaran gelandang cemerlang di masa datang. Pemain yang kompetisi musim 2016 akan berlabuh ke klub Bayern Munchen mengingatkan pada gabungan permainan gelandang elegan Clarence Seedorf dan Edgar Davids: bertenaga, kuat dalam pertahanan, kuat dalam visi serangan.
Setelah lolos dari babak 16-besar lewat keberuntungan karena gol bunuh diri pemain Irlandia Utara McAuley, Wales tampil mengesankan di babak 8-besar. Belgia yang begitu perkasa di hadapan Hungaria, dibuat tidak berdaya dalam permainan bola-bola atas maupun umpan-umpan silang.
Tertinggal satu gol, kapten Ashley Williams membantu menyusun serangan melalui sayap Wales. Beberapa kali usaha yang dilakukan pemain sayap Wales membahayakan gawang Courtois. Puncaknya melalui sebuah tendangan sudut, Williams yang bebas tak terjaga melakukan sundulan terarah dan menjebol gawang Belgia.
Gol Williams menjadi pembuka bagi serangan Wales berikutnya memainkan ciri khas bola-bola panjang. Sepanjang pertandingan Eden Hazard yang terkenal dengan kreativitas membongkar pertahanan lawan, tidak mampu berbuat banyak menghadapi kolektivitas permainan Bale dkk.
Hingga babak 8-besar faktor keberuntungan pun seolah lebih banyak meloloskan Portugal saat menghadapi tim-tim kuat. Namun dengan selalu berlatih tendangan penalti dalam setiap sessi latihannya, pelatih Portugal Fernando Santos menyadari sepenuhnya kemampuan timnya dan strategi apa yang pas diterapkan untuk komposisi pemain yang dibawa dalam Piala Eropa 2016: bertahan untuk selanjutnya melakukan serangan balik yang mematikan. Pesannya jelas, Santos siap mengawal pemainnya hingga tendangan adu penalti.
Pilihan strategi ini sedikit aneh, mengingat Nani, Quaresma, Moutinho, maupun Veirinha, masih menyisakan kemampuan terbaiknya sebagai gelandang energik meskipun telah melewati masa keemasannya.
Real Madrid di partai final Piala Eropa
Faktor Bale di timnas Wales dan Ronaldo di timnas Portugal akan mewarnai pertemuan kedua kesebelasan. Jika sebelumnya baik Ronaldo maupun Bale dikepung pemain-pemain bintang tim lawan, dalam perjumpaan Portugal-Wales keduanya akan berhadapan secara head to head. Kondisi ini akan lebih membakar semangat kedua tim untuk tampil lebih baik. Tanpa adanya matahari kembar atau banyaknya pemain bintang dalam satu tim sepakbola, permainan kolektif tim akan lebih banyak berkembang dalam tempo tinggi. Wales diuntungkan dengan Williams yang mengemban ban kapten. Seluruh beban dan tanggung jawab akan dipikulnya. Dalam posisi tersebut, Bale bisa lebih leluasa dibanding Ronaldo yang menjadi matahari sekaligus kapten Portugal.
Dalam hal produktivitas, Wales dengan 9 gol yang dicetak oleh 6 pemain sebelum perjumpaan dengan Portugal menunjukkan kemampuan yang merata pemain Wales dalam menghasilkan gol dibanding Portugal yang mencetak 6 gol oleh 4 pemain.
Perjumpaan Portugal melawan Wales di babak 4-besar seolah menjadi perjumpaan dua sahabat di Real Madrid: Cristiano Ronaldo dan Gareth Bale. Dalam dua tahun terakhir peran keduanya di Madrid sangat sentral. Dua pemain yang pernah menyandang sebagai pemain termahal dunia. Di tingkat klub, prestasi dan pencapaian individu Ronaldo lebih cemerlang dibanding Bale. Meskipun diakui pihak Madrid bahwa peran Bale sangat besar saat membawa Real Madrid menjadi juara liga Champion Eropa untuk kesepuluh kalinya tahun 2014, dan kesebelas kalinya tahun 2016. Satu hal, keduanya memiliki pergerakan yang cepat: Ronaldo melesat bak The Rocket yang tak terhentikan sementara Bale memiliki kecepatan lari saat mencetak gol ibarat Gareth Bolt.
Ketika dua mega bintang sepakbola saling berhadapan dalam sebuah turnamen besar, yang mampu melebur dalam permainan kolektivitas tim lah yang akan terus melaju. Dan selama perjalanan Piala Eropa 2016, hingga babak 8-besar kolektivitas permainan tim lebih banyak diperlihatkan oleh Williams dkk.
Perkiraan susunan pemain:
Portugal (4-3-3) : Patricio (gk), Cedric/ Guerreiro, Pepe, Carvalho, Alves, Vieirinha, Danilo/Silva, Moutinho, Ronaldo, Quaresma, Nani/Eder. | pelatih: Fernando Santos
Wales (5-4-1): Hennessey (gk), Gunter, Chester, Williams (c), Richards, Taylor, Allen, Edwars/King, Ledley, Bale, Robson Kanu/Williams. | pelatih: Chris Coleman
Editor : Eben E. Siadari
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...