Pidato Berbahasa Indonesia Diperlombakan Secara Nasional di China
BEIJING, SATUHARAPAN.COM - Untuk pertama kalinya pidato berbahasa Indonesia diperlombakan secara nasional di China, Sabtu(16/11), diikuti 26 peserta yang terbagi dalam dua kategori.
Lomba yang digelar di gedung Perpusataan Beijing Foreign Studies of University (Beijing Wai Guo Yu Da Xue/BFSU) itu diikuti para mahasiswa China jurusan Bahasa Indonesia.
Setiap perguruan tinggi yang memiliki jurusan Bahasa Indonesia di Beijing, Tianjin, Guangdong, Shaanxi, Jilin, Yunnan, Guangxi, Zhejiang, dan Hainan mengirimkan wakilnya untuk belomba di dua kategori, yakni tingkat dasar dan tingkat lanjutan.
Setiap peserta diberi kesempatan menyampaikan pidatonya tentang China dan Indonesia selama 5 menit ditambah sesi pertanyaan dari dewan juri juga 5 menit.
Untuk memikat para anggota dewan juri, para peserta, baik pria maupun wanita, mengenakan busana khas Nusantara, seperti kebaya, kamen, udeng, dan batik.
Atase Pendidikan Kedutaan Besar RI di Beijing Yaya Sutarya memberi hadiah khusus kepada para pemenang berupa tiga tiket pesawat Beijing-Denpasar PP berikut akomodasi selain juga piala dan piagam.
"Hadiah ini kami berikan untuk musim liburan bulan Februari. Para pemenang bisa mengunjungi kampus perguruan tinggi di Indonesia karena di sana Februari aktif perkuliahan," ujarnya.
Sebelum perlombaan dimulai, Duta Besar RI untuk China Djauhari Oratmangun dan Duta Besar China untuk Indonsia Xiao Qian juga memberikan pesan semangat kepada para peserta melalui video telekonferensi.
"Saya berharap kegiatan seperti ini dapat memperkuat hubungan kedua negara," ujar Dubes Xiao dalam pesan audio visualnya yang diputar di arena perlombaan.
Wakil Rektor BFSU Prof Yan Guohua merasa terhormat karena kampusnya dipilih sebagai tempat penyelenggaraan ajang kompetisi tersebut.
"Lomba ini tidak hanya untuk ajang persaingan, melainkan juga sebagai perekat komunikasi antarkedua bangsa," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan (PPSDK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Prof Emi Emilia mengaku kagum atas kemampuan berbahasa Indonesia para peserta.
"Kami sendiri merasa kesulitan untuk menentukan pemenang karena semua peserta memiliki kemampuan yang nyaris sama. Bahkan daya serap para mahasiswa sini jauh lebih bagus daripada mahasiswa kami di Indonesia yang belajar bahasa asing," ujar perempuan yang dalam kesempatan tersebut bertindak sebagai ketua dewan juri.
Untuk tingkat dasar, pesertanya berasal dari kalangan mahasiswa yang baru berlajar Bahasa Indonesia selama satu tahun, sedangkan tingkat lanjutan untuk mereka yang sudah belajar dua tahun atau lebih.
Selain dari Kemendikbud RI, dewan juri berasal dari Univeritas Indonesia dan LKBN Antara. (Ant)
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...