Pilkada 2015, Sinode BNKP: Jangan Golput, Pilih Benci Suap
GUNUNG SITOLI, SATUHARAPAN.COM – Badan Pekerja Harian Majelis Sinode (BPHMS) Banua Niha Keriso Protestan (BNKP) menyerukan warganya untuk jangan ada yang “golput” dan wajib datang ke TPS untuk memilih pemimpin yang baik dan takut akan Tuhan. Demikian seruan disampaikan melalui surat penggembalaan yang ditandatangani oleh Pdt Dr Tuhoni Telaumbanua, M.Si, sebagai Ephorus, dan Pdt. Dorkas Orienti Daeli, MTh, sebagai Sekretaris Umum. Dalam surat penggembalaan itu disebutkan ada 4 kriteria yang menjadi panduan dalam memilih pemimpin yang baik yaitu: (1) Cakap (memiliki kapasitas sebagai kepala daerah), (2) Takut akan Tuhan, (3) Dapat dipercaya, dan (4) Benci terhadap suap.
Sebagaimana diketahui pilkada serentak akan dilangsungkan untuk pertama kalinya tanggal 9 Desember 2015 yang diikuti dengan oleh 269 daerah meliputi provinsi dan kabupaten/kota di seluruh Indonesia dengan 852 pasangan calon (paslon). Untuk Provinsi Sumatera Utara akan diikuti 23 daerah dengan 81 paslon. Termasuk menjadi peserta pilkada serentak adalah lima kabupaten/kota di Kepulauan Nias dengan jumlah 15 paslon. Selengkapnya, Kabupaten Nias Selatan empat paslon, Kabupaten Nias Utara tiga paslon, Kabupaten Nias Barat dua paslon, Kabupaten Nias tiga paslon, dan Kota Gunung Sitoli 3 paslon. Tidak kurang dari 531.100 orang di seluruh Kep Nias tercatat sebagai pemilih pada pilkada serentak ini. Pilihan merekalah yang menentukan siapa bupati/walikota yang memimpin selama 5 tahun ke depan yang diharapkan membawa berkat perubahan dan damai sejahtera.
BNKP merupakan gereja Nias terbesar dengan anggota kurang lebih 550.000 jiwa yang terhimpun dalam 1140 jemaat yang tersebar di seluruh Kepulauan Nias dan beberapa wilayah di Indonesia. Sebagai lembaga gereja BNKP netral dan tidak berpolitik praktis. Namun penghayatan terhadap tema Yubileum 150 tahun “Menjadi berkat bagi dunia” dalam bidang politik diwujudkan melalui partisipasi warganya dalam memberikan suara pada pilkada.
Dalam kaitan itulah pimpinan sinode BNKP yang berkedudukan di Gunung Sitoli mengeluarkan surat penggembalaan (pastoral) tentang Pemilihan Kepala Daerah. Surat penggembalaan yang ditulis dalam bahasa daerah Nias ini ditujukan kepada segenap pelayan dan warga BNKP. Selengkapnya isi surat penggembalaan (dalam bahasa Indonesia) yang dikirimkan Pdt Tuhoni Telaumbanua kepada redaksi, demikian:
Penggembalaan BPHMS BNKP
Tentang Pemilihan Kepala Daerah Tanggal 9 Desember 2015
Yang terhormat rekan-rekan pelayan dan segenap warga BNKP yang dikasihi Tuhan Yesus. Salam damai bagimu, Ya’ahowu.
Atas anugerah Tuhan sajalah, telah 150 tahun menjangkau kita kabar keselamatan tentang Yesus yang telah menebus dan menyelamatkan kita. Oleh karenanya kita dipanggil untuk bersyukur kepada Tuhan atas kasih setia-Nya bagi kita, dan kita diutus ke dalam dunia dengan menghayati dan melaksanakan tema Yubileum: “Menjadi berkat bagi dunia”.
Bagaimana caranya kita menjadi berkat dalam dunia politik? Salah satu pekerjaan besar di tengah bangsa dan Negara kita Indonesia, termasuk kepulauan Nias adalah penyelenggaraan Pemilukada Serentak tanggal 9 Desember 2015. Kita dipanggil menjadi berkat dalam penyelenggaraan pemilukada dimaksud. Caranya ialah:
Supaya seluruh warga gereja (yang adalah warga masyarakat) terpanggil untuk jangan ada yang “golput”, tetapi wajib datang ke TPS untuk memilih pemimpin yang baik dan takut akan Tuhan.
Kita dipanggil untuk jangan jatuh dalam jurang “SUAP”, karena itu tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Mari kita renungkan Firman Tuhan berikut:
Keluaran 23:8 |
Suap janganlah kauterima, sebab suap membuat buta mata orang-orang yang melihat dan memutarbalikkan perkara orang-orang yang benar. |
Mazmur 15:5 |
Yang tidak meminjamkan uangnya dengan makan riba dan tidak menerima suap melawan orang yang tak bersalah. Siapa yang berlaku demikian, tidak akan goyah selama-lamanya. |
Amsal 15:7 |
Bibir orang bijak menaburkan pengetahuan, tetapi hati orang bebal tidak jujur. |
Amsal 23:8 |
Suap yang telah kaumakan, kau akan muntahkan, dan kata-katamu yang manis kausia-siakan. |
Pengkhotbah 7:7 |
Sungguh, pemerasan membodohkan orang berhikmat, dan uang suap merusakkan hati. |
Ulangan 16:19 |
Janganlah memutarbalikkan keadilan, janganlah memandang bulu dan janganlah menerima suap, sebab suap membuat buta mata orang-orang bijaksana dan memutarbalikkan perkataan orang-orang yang benar. |
Oleh karenanya jangan memilih karena uang atau berbagai materi yang dibagi-bagikan, karena semua itu sama dengan “suap”.
Semua umat diundang untuk berdoa kepada Tuhan, agar kita mendapatkan pemimpin yang baik, jujur dan pro-rakyat. Oleh karenanya umat diundang untuk melihat rekam jejak para pasangan calon, dengan memperhatikan:
Kita mencari orang beriman, yang memiliki hati “seperti Yesus” (Fil 2:5), dan menjadi berkat bagi dunia (Kejadian 12:1-3), yang peduli terhadap kebersihan, kelestarian dan keutuhan ciptaan (Kej 1:27-29; 2:15), dan memiliki hati untuk mendatangkan damai sejahtera bagi segala makhluk (Yeremia 29:7; Lukas 4:18-19).
Kita mencari dan memilih dengan kriteria seperti yang ada dalam Keluaran 18:21, yakni:
Cakap (memiliki kapasitas sebagai kepala daerah)
Takut akan Tuhan
Dapat dipercaya
Benci terhadap suap
Diminta kepada seluruh penyelenggara pemilukada (KPU, PPK, KPPS, PPS, Badan Pengawas Pemilihan Umum), dan demikian juga kepada pemerintah – agar bekerja dengan penuh tanggung-jawab, jujur dan adil, serta bertanggung-jawab, dan tidak melakukan kecurangan dalam melaksanakan tugas.
Kepada para pasangan calon diminta untuk mengikuti perlombaan dengan dasar “Iman”, sehingga yang terpilih bukanlah dipilih oleh uang atau perak, melainkan yang dipilih oleh Tuhan. Ingatlah ungkapan berikut:
Na nifili gana’a, na nifili wokhö (Kalau terpilih karena emas, terpilih karena harta)
Ali’ali wohalöwö, aukhu ba naha wemörö (Gatal-gatal ketika bekerja, panas di tempat tidur)
Oi fa’alai lakha mbanua, oi mamalikhö niha sato (Para janda mengeluh dan menangis, orang banyak menggeleng kepala)
Na nifili Zo’aya, na nifili Zokhö (Tetapi, bila Tuhan yang memilih, Sang khalik menetapkan)
Ohahau dödö wohalöwö, ohahau dödö wemörö (Senang gembira ketika bekerja, senang dan nyaman di tempat tidur)
Oi faya’ia lakha mbanua, oi mamahökö niha sato (Para jangapun memuji, orang banyak mengangguk-angguk)
Melalui penggembalaan ini, kembali diingatkan kepada seluruh para pelayan, agar tidak menggunakan Gedung Gereja sebagai tempat kampanye, atau dalam kegiatan ibadah di mana pun dilaksanakan.
Demikianlah kata penggembalaan dari BPHMS BNKP. Kiranya Tuhan memberkati kita semua dalam kehidupan keseharian, dan terlebih dalam kehidupan jemaat-jemaat.
Gunung Sitoli, 9 Oktober 2015
Badan Pekerja Harian Majelis Sinode BNKP
Pdt. Dr. Tuhoni Telaumbanua, MSi (Ephorus) - Pdt. Dorkas Orienti Daeli, MTh (Sekum)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...