Pilkada Serentak, PGI Ingatkan Pesan Imam Yitro pada Musa
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pesan Pastoral Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) terkait Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak berpijak pada Keluaran 18:21.
Nas yang berbunyi, “Di samping itu kaucarilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap …” disampaikan oleh Sekretaris Umum PGI Pdt Gomar Gultom di Grha Oikoumene, Jakarta Pusat, Minggu (27/9). Itu adalah pesan Imam Yitro, mertua Musa—pemimpin umat Israel kala dalam perjalanan keluar dari Mesir menuju Kanaan—saat meminta Musa untuk memilih para pemimpin Israel (bac. Kel. 18:13-27).
Ini juga yang diharapkan PGI kepada segenap jemaat anggota. Dalam menghadapi Pilkada Serentak pada 9 Desember 2015, PGI mendorong jemaat untuk memilih calon-calon pemimpin yang memihak kehidupan. Artinya, calon-calon terbaik yang jujur, berintegritas dan sangat peduli pada persoalan keadilan, kemiskinan, kesetaraan gender, lingkungan hidup, serta berkomitmen dalam mengupayakan kesejahteraan bersama.
Pdt Gultom menegaskan, “PGI ikut bersama bangsa ini telah bertekad menyukseskan demokrasi sebagai pilihan bangsa kita dalam mendukung perubahan sosial di tengah-tengah masyarakat. Dan, sebagai salah satu mekanismenya adalah pilkada."
“Kita menyambut pilkada, sebagai mekanisme kontrak kita dengan penguasa dalam siklus lima tahunan. Di sana-sini kita menengarai rentannya pilkada ini terhadap money politics. Dan, gereja juga ikut imbasnya. Apalagi Pilkada Serentak nanti akan dilaksanakan pada Desember, ketika gereja-gereja sedang sibuk dengan persiapan-persiapan Natal. Mudah sekali nanti dengan naifnya para pelayan gereja datang dengan proyek-proyek proposal untuk pembiayaan Natal dan sebagainya kepada para calon; atau sebaliknya para calon mendatangi gereja. Oleh karena itu, kita perlu mengingatkan gereja-gereja untuk waspada dalam hal ini, supaya gereja ikut menolak politik uang,” pendeta Huria Kristen Batak Protestan ini menegaskan.
Sebab itu, dalam pesannya, PGI kembali mengingatkan sebagaimana diungkapkan dalam Keluaran 18:21, agar kita memilih, dari antara para calon, yang cakap atau terampil, takut akan Allah, dapat dipercaya, dan benci akan suap.
Jeirry Sumampow, Kepala Humas PGI menambahkan, sebelum memilih, jemaat diminta meneliti rekam jejak, integritas dan kejujuran pasangan calon di wilayah masing-masing. Selain itu, perlu juga menguji visi dan misi mereka. Jeirry menekankan supaya jemaat menolak dengan tegas pemakaian isu-isu suku, agama, dan ras. Jemaat juga harus mewaspadai isu gender, praktik-praktik kampanye busuk yang menyudutkan salah satu pasangan calon, maupun politik uang dengan kedok penggunaan dana bantuan sosial yang tidak transparan maupun suap yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
Gereja Dipanggil Mengusahakan Kesejahteraan
PGI juga mengingatkan gereja dipanggil untuk mengusahakan kesejahteraan kota tempat mereka ditempatkan Tuhan. Gereja tidak boleh terserap atau bahkan hanyut, lalu hanya menjadi instrumen kepentingan satu golongan baik atas nama agama, gereja, etnik atau marga.
Untuk itu, “Gedung gereja tidak boleh dijadikan sebagai ajang kampanye demi kepentingan aktor-aktor maupun partai-partai politik mana pun. Gereja harus secara serius mempersiapkan warga jemaatnya agar mampu bersikap kritis terhadap penyalahgunaan gedung gereja, politik uang, maupun kepentingan primordial atau sektarianisme yang bisa membawa perpecahan internal gereja dan bahkan perpecahan dalam masyarakat. Oleh karena itu, lebih daripada sekadar kritis, warga jemaat juga harus diberdayakan agar mampu melakukan tanggung jawab politik mereka sebagai warga negara,” demikian pesan pastoral tersebut.
Selain itu, sebagai bagian dari tugas dan tanggung jawab politiknya, gereja juga dipanggil untuk, bersama semua orang yang berkehendak baik, ikut mengawasi jalannya Pilkada Serentak. PGI mendorong agar dalam Pilkada ini gereja meningkatkan kerja sama pengawasan Pilkada lintas agama dan dengan unsur LSM sehingga Pilkada bisa berjalan secara bertanggung jawab dan transparan. Pengawasan di sini bukan saja menjelang dan pada saat Pilkada, tetapi juga setelah Pilkada. Artinya gereja berkewajiban mengingatkan umat untuk mengawasi kebijakan-kebijakan politik pemimpin daerah terpilih agar berjalan sesuai dengan Konstitusi bangsa.
“Sebab itu, didiklah warga jemaat agar sadar, paham, dan kritis, terhadap persoalan politik sehingga mereka mampu menggunakan hak pilih mereka, tidak secara emosional, tetapi secara rasional dan bertanggung jawab demi kebaikan semua,” demikian petikan pastoral PGI.
Sedangkan kepada pasangan calon, PGI memberi apresiasi keikutsertaan mereka dalam pilkada kali ini, yang PGI pahami sebagai wujud keterpanggilan untuk membangun bangsa ini ke arah yang lebih baik. Kekuasaan adalah sarana untuk melayani, karena itu komitmen untuk memperjuangkan kepentingan rakyat terutama mereka yang miskin, termarginal dan terdiskriminasi adalah hal yang mutlak.
“Hendaklah Anda bersikap jujur, menjauhkan diri dari suap maupun dari penggunaan dana-dana Pemerintah, seperti dana bantuan sosial, yang tidak transparan. Hendaklah Anda tidak menghalalkan cara-cara yang melanggar hukum atau memanipulasi isu gender, etnik, gereja atau agama yang bersifat sektarian dan primordial sempit demi mengejar kepentingan pribadi dan kelompok. Saat Pilkada usai, kami berharap Anda mampu berjiwa besar, terutama saat menerima hasil pilkada demi menjaga ketertiban, perdamaian dan ketenteraman masyarakat,” papar Jeirry.
Kepada penyelenggara pilkada (Komisi Pemilihan Umum, Badan/Panitia Pengawas Pemilu) dan aparat keamanan, PGI mendoakan dan berharap, semoga dimampukan melaksanakan mandat ini secara profesional dan bertanggung jawab, jujur, adil, transparan dan tidak memihak, karena kali ini, masa depan demokrasi bergantung pada integritas, kejujuran, dan komitmen mereka. PGI juga mendoakan kepada aparat keamanan agar mampu melakukan tugas dan tanggung jawab dengan baik, sehingga Pilkada dapat berjalan dalam suasana yang kondusif, aman, dan tenteram, bagi seluruh warga yang akan menggunakan hak pilihnya. (pgi.or.id)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...