Pilot Phillip Mark Mehrtens Diserahkan Kepada Pemerintah Selandia Baru
Dia dibebaskan setelah 19 bulan ditawan pemberontak di wilayah Papua, melalui negosiasi panjang tanpa tuntutan imbalan.
JAYAPURA, SATUHARAPAN.COM-Seorang pilot Selandia Baru yang disandera oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua selama lebih dari setahun di wilayah Papua dibebaskan pada hari Sabtu (21/9).
Phillip Mark Mehrtens, seorang pilot berusia 38 tahun dari Christchurch, Selandia Baru, bekerja untuk perusahaan penerbangan Indonesia, Susi Air, ketika ia diculik oleh pemberontak dari bandara terpencil pada 7 Februari 2023.
“Hari ini saya akhirnya keluar. Saya sangat senang bisa segera kembali ke rumah bersama keluarga saya,” kata Mehrtens kepada wartawan dalam konferensi pers di kota pertambangan Timika. “Terima kasih kepada semua orang yang membantu saya keluar dengan selamat dan sehat.”
Berita televisi sebelumnya menunjukkan Mehrtens yang kurus dan berambut panjang, mengenakan kemeja hijau tua dan celana pendek hitam, duduk di sebuah ruangan yang dikelilingi oleh petugas polisi dan pejabat setempat.
Ia menangis tersedu-sedu saat berbicara dengan keluarganya melalui video dan seorang petugas mencoba menenangkannya dengan menepuk punggungnya. Ia kemudian diterbangkan ke Jakarta untuk dipertemukan kembali dengan keluarganya.
Pemberontak telah menggunakan kekerasan untuk mencoba meraih kemerdekaan saat situasi keamanan memburuk di wilayah paling timur Indonesia, Papua, bekas koloni Belanda di bagian barat Nugini yang secara etnis dan budaya berbeda dari sebagian besar wilayah Indonesia.
Papua dimasukkan ke Indonesia pada tahun 1969 berdasarkan pemungutan suara yang disponsori Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang secara luas dianggap sebagai kepura-puraan. Sejak saat itu, pemberontakan tingkat rendah telah mereda. Konflik meningkat dalam setahun terakhir, dengan puluhan pemberontak, pasukan keamanan, dan warga sipil terbunuh.
Egianus Kogoya, seorang komandan regional di Gerakan Papua Merdeka, awalnya mengatakan para pemberontak tidak akan membebaskan Mehrtens kecuali pemerintah Indonesia mengizinkan Papua menjadi negara berdaulat.
Kemudian pada hari Selasa (17/9), para pemimpin Tentara Pembebasan Papua Barat, sayap bersenjata Gerakan Papua Merdeka yang dikenal sebagai TPNPB, mengeluarkan usulan pembebasan Mehrtens yang menguraikan syarat-syarat termasuk keterlibatan media berita dalam pembebasannya.
Seorang juru bicara satuan tugas (Satgas Damai Cartenz), Bayu Suseno, mengatakan bahwa pembebasan Mehrtens adalah hasil kerja keras dari tim satuan tugas kecil yang telah berkomunikasi dengan para separatis yang dipimpin oleh Kogoya melalui gereja setempat dan para pemimpin masyarakat serta tokoh-tokoh pemuda.
“Ini adalah berita yang sangat baik,” kata Suseno. “Upaya pembebasan pilot dengan pendekatan lunak (soft approach) menghasilkan pembebasan sandera tanpa ada korban baik dari pasukan keamanan, warga sipil maupun pilot itu sendiri.”
Keluarga Mehrtens mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu (22/9) bahwa mereka “sangat berterima kasih” kepada pemerintah Indonesia termasuk polisi dan militer karena memprioritaskan “perundingan damai untuk menjaga keamanan Phil.”
“Kami juga berterima kasih kepada Kogoya dan pasukannya karena menjaga Phil tetap aman dan sehat sesuai kemampuan mereka, dan karena mengizinkan Phil menyampaikan beberapa pesan selama periode ini untuk memberi tahu kami bahwa dia masih hidup dan baik-baik saja,” kata pernyataan itu. “Pesan-pesan itu memenuhi jiwa kami dan memberi kami harapan dan bahwa kami akhirnya akan bertemu Phil lagi.”
Menteri Luar Negeri Selandia Baru, Winston Peters, mengatakan bahwa berbagai lembaga pemerintah telah bekerja sama dengan pihak berwenang Indonesia dan pihak lain untuk mengamankan pembebasan selama 19 1/2 bulan terakhir. Para pejabat juga mendukung keluarga Mehrtens, kata Peters.
Banyak media berita menunjukkan “kerja sama dan pengendalian diri” dalam melaporkan berita tersebut, tambahnya. “Kasus ini telah membebani keluarga Mehrtens, yang telah meminta privasi,” kata Peters.
Media berita Selandia Baru melaporkan selama penahanan Mehrtens bahwa dia adalah salah satu dari sejumlah pilot ekspatriat yang bekerja untuk Susi Air dan dalam beberapa tahun terakhir tinggal di Bali bersama keluarganya.
Peters tidak berbicara dengan Mehrtens sejak dibebaskan. Berita itu adalah "salah satu berita terbaik yang pernah saya terima" selama 45 tahun menjabat sebagai anggota parlemen, tambah mantan menteri luar negeri tiga periode itu.
Ia menolak memberikan perincian tentang bagaimana pilot itu dibebaskan. Itu adalah lingkungan yang "rumit" dan membangun kepercayaan merupakan aspek yang paling sulit, kata Peters.
"Itu cukup menegangkan, menahan diri dan tidak terlalu terbawa suasana, tidak melakukan apa pun yang dapat membahayakan peluang," katanya. "Karena selalu ada kekhawatiran dari kami bahwa kami mungkin tidak berhasil."
Presiden Indonesia, Joko Widodo, mengucapkan selamat kepada militer dan polisi karena memprioritaskan persuasi dan keselamatan. "Ini melalui proses negosiasi yang sangat panjang dan kesabaran kami untuk tidak melakukannya secara represif," kata Widodo.
Mehrtens tiba di pangkalan Angkatan Udara Jakarta Halim Perdanakusumah sesaat sebelum tengah malam hari Sabtu. Ia dikawal oleh polisi dan personel militer saat ia menuruni tangga pesawat dan disambut oleh pejabat Indonesia dan diplomat Selandia Baru di landasan.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Hadi Tjahjanto, dalam jumpa pers seusai kedatangannya mengatakan, Pemerintah Indonesia secara resmi menyerahkan Mehrtens kepada Duta Besar Selandia Baru di Jakarta, Kevin Burnett, yang akan mengawasi keselamatannya.
Ia menegaskan, para pemberontak separatis tidak menuntut imbalan apa pun atas pembebasan Mehrtens danKeamanan sandera merupakan prioritas utama.
Pada bulan April 2023, separatis bersenjata menyerang pasukan Indonesia yang dikerahkan untuk menyelamatkan Mehrtens, menewaskan sedikitnya enam tentara.
Pada bulan Agustus, orang-orang bersenjata menyerbu sebuah helikopter dan menewaskan pilotnya dari Selandia Baru, Glen Malcolm Conning, setelah mendarat di Alama, sebuah desa terpencil di distrik Mimika di provinsi Papua Tengah.
Tidak ada yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, dan para pemberontak serta pihak berwenang Indonesia saling menyalahkan.
Pada tahun 1996, Gerakan Papua Merdeka menculik 26 anggota misi penelitian World Wildlife Fund (WWF) di Mapenduma. Dua orang Indonesia yang diculik dibunuh oleh para penculik mereka. Para sandera yang tersisa dibebaskan dalam waktu lima bulan. (dengan AP)
Editor : Sabar Subekti
Ibu Kota India Tercekik Akibat Tingkat Polusi Udara 50 Kali ...
NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM-Pihak berwenang di ibu kota India menutup sekolah, menghentikan pembangun...