Pilpres AS: Mengapa Orang Kristen Memuja Donald Trump? (2)
LYNCHBURG, SATUHARAPAN.COM - Kandidat calon wakil presiden dari Partai Republik, Donald Trump, tak pernah lepas dari kontroversi. Ia sering salah dalam menafsirkan Alkitab. Ia menikah tiga kali, sok dan senang menganggap dirinya hebat, dan sangat tidak disukai kalangan minoritas di AS.
Tetapi di kalangan Kristen konservatif, ia demikian dipuja. Berbagai jajak pendapat mengatakan itu. Mengapa ia demikian dipuja?
Presiden Liberty University, Jerry Falwell Jr, mengatakan, Trump memang bukan kandidat yang paling religius atau paling saleh di antara seluruh kandidat, meskipun Trump juga diakuinya mempraktikkan kepemimpinan hamba dan suka membantu orang lain seperti ajaran Yesus.
Namun, kata putra dari televangelis legendaris dari AS, Jerry Falwell itu, Trump adalah seorang pengusaha yang dengan cerdas berbicara tentang kebenaran di hadapan umum, bahkan walaupun tidak nyaman bagi orang yang mendengarnya. Trump dinilaim berani menjadi dirinya sendiri.
Apa yang dikatakan oleh Jerry Falwell itu tampaknya banyak diaminkan oleh keluarga besar Liberty Universty, yang mengklaim diri sebagai universitas Kristen terbesar di dunia. Di sini mahasiswa diwajibkan menghadiri ibadah di kapel tiga kali seminggu. Di sini pula kandidat capres Partai Republik lainnya, Ted Cruz, meluncurkan kampanye pertama kali.
Dua kandidat dari Partai Republik lainnya - mantan Gubernur Florida Jeb Bush dan pensiunan dokter bedah Ben Carson - serta kandidat capres dari Demokrat, Senator Bernie Sanders juga telah diundang berbicara di sini.
Jonathan Cody Hildebrand, 19 tahun, seorang mahasiswa Manajemen Pemasaran di universitas itu, mengatakan dia suka pada Trump, Cruz dan Carson. Tetapi ia berencana untuk memberikan suara kepada Trump karena Trump memiliki kesempatan terbaik untuk mengalahkan unggulan Partai Demokrat, Hillary Clinton.
Banyak yang ingin memilih Trump karena alasan agama. Mereka menganggap orang Kristen harus memilih Partai Republik dan Trump adalah simbol pahlawan orang Kristen. "Yang saya tahu adalah bahwa cita-cita Partai Republik sejalan dengan iman Kristen saya, sehingga siapapun yang berhaluan kanan adalah lebih cocok untuk saya daripada orang di haluan kiri," kata Hildebrand, sebagaimana dikutip oleh The Washington Post.
"Saya tahu banyak orang berbicara tentang egonya (Donald Trump) dan bahwa hal itu bukan nilai Kristen - tapi jujur ââsaya pikir egonya adalah untuk membuat sesuatu terwujud. Saya baik-baik saja dengan presiden egois. Dia ingin menjadi yang terbaik, dan saya pikir untuk alasan itu, ia mendapat sesuatu," kata Hilderbrand.
Maria Teague, 48 tahun, ibu dari seorang mahasiswa di universitas tersebut, mengatakan Cruz merupakan pilihannya yang teratas karena nilai-nilai kekristenannya. Tetapi ia juga menyukai Trump sebagai seorang orang luar yang tidak terikat pada salah satu pendonor raksasa.
"Saya merasa Trump akan membela negara kita dibandingkan beberapa politisi biasa yang sudah kita kenal bertahun-tahun," kata Teague, yang menyetir lebih dari empat jam dari North Carolina untuk menghadiri acara Trump.
"Dia tidak punya pamrih - dia sudah punya semua yang ia butuhkan, ia memiliki popularitas. Maksud saya, apa alasan lain yang akan ia inginkan untuk menjadi presiden? "
Kendati demikian, Teague tidak terlalu percaya pada keyakinan agama Trump. Ketidakmampuan Trump menyebut ayat Alkitab favoritnya, di mata Teague, merupakan pertanda Trump membual.
Beberapa pemimpin Kristen Injili di AS juga cukup bingung mengapa rekan-rekan dan para pengikut Kristen Injili memuja Trump. Mereka prihatin dengan sejarah pribadi Trump, komentar penuh kebenciannya terhadap minoritas, dan keengganan untuk mencari pengampunan atau mengakui kesalahan.
"Almarhum Jerry Falwell Sr. akan bangkit dari kuburnya jika ia tahu anaknya yang menyandang namanya telah menyetujui orang yang paling tidak bermoral dan fasik yang pernah ada, mencalonkan diri sebagai presiden Amerika Serikat," kata John Stemberger, presiden Florida Family Action, dalam sebuah pernyataan, Senin (18/1).
"Trump tiga kali menikah dan memiliki kasino dengan klub striptease dan akan memberi kita 'First Lady' pertama yang telah dengan bangga berpose telanjang, serta mendukung pernikahan sesama jenis dan mendanai Planned Parenthood dengan uang pembayar pajak."
Russell Moore, seorang petinggi di Southern Baptist Convention, mengatakan bahwa ia "terganggu" dengan langkah Falwell mengundang Trump untuk berbicara tentang Martin Luther King Jr Day, dan bahwa komentar Trump tentang imigran dan orang Afro Amerika merupakan kebencian rasial.
Dalam sebuah komentar kritisnya di Twitter, ia menyindir Trump dengan mengatakan, "Politik menunggangi Injil dan bukan sebaliknya, adalah godaan Kristus ketiga. Yesus mengalahkan godaan itu. Akan kah kita?"
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...