PLTN Fukushima Tidak Terpengaruh Gempa
TOKYO, SATUHARAPAN.COM – Tidak ada masalah baru di pembangkit nuklir Fukushima, kata NHK yang mengutip laporan Operator Tokyo Electric Power Company (TEPCO) pada Sabtu (26/10).
"Belum ada peningkatan radiasi di pos pemantauan di Fukushima Daiichi," lapor penyiar NHK.
Tidak ada masalah yang dilaporkan di semua instalasi nuklir lainnya, termasuk di Onagawa, tempat gelombang terbesar tercatat—55 cm—pada Sabtu.
Gempa yang terjadi berada pada kedalaman 10 kilometer pada 02:10 pagi waktu setempat (17.10 GMT), 327 kilometer arah tenggara Ishinomaki di Prefektur Miyagi, menurut US Geological Survey (USGS).
Daerah yang terkena gempa kali ini sebagian besar sama dengan daerah yang terkena gempa pada Maret 2011, ketika lebih dari 18.000 orang tewas dihantam tsunami yang dipicu oleh gempa berkekuatan 9,0 SR.
Gempa-tsunami pada 2011 merusak sistem pendingin di PLTN Fukushima, yang membuat reaktor tersebut bocor dan memaksa evakuasi massal.
Efek dari bencana tersebut - kecelakaan nuklir terburuk di dunia sejak Chernobyl 25 tahun sebelumnya - masih dirasakan.
TEPCO sedang berjuang untuk membersihkan kekacauan PLTN yang menyimpan ribuan ton air yang terkontaminasi radiasi.
Seringnya terjadi kecelakaan, termasuk kebocoran air yang terkontaminasi radiasi dan pemadaman listrik yang disebabkan oleh tikus telah merusak kepercayaan masyarakat terhadap PLTN.
TEPCO memperkirakan pembongkaran penuh PLTN Fukushima bisa memakan waktu hingga empat dekade dan banyak pekerjaan rumit yang belum dilakukan - terutama pembongkaran inti reaktor yang mungkin telah meleleh di luar perkiraan.
Menurut rencana, inti reaktor - yang dikhawatirkan akan meresap ke dalam tanah dan bahkan mungkin menembus beton tebal - akan diangkat pada musim panas 2020.
Meskipun TEPCO mengatakan reaktornya kini di bawah kendali, kritikus mengatakan PLTN tersebut tetap dalam keadaan kritis dan terancam cuaca ekstrem atau gempa bumi lebih lanjut. Mereka menunjukkan bahwa masih belum ada rencana untuk ribuan ton air beradiasi yang disimpan di PLTN Fukushima.
Puluhan ribu orang masih dalam pengungsian, dengan beberapa ilmuwan memperingatkan bahwa butuh waktu puluhan tahun sebelum mereka dapat kembali ke rumah – hal itu pun masih diragukan. (AFP/Antara)
Bahaya Aneurisma Otak dan Cara Penanganannya
TANGERANG, SATUHARAPAN.COM - Dokter Subspesialis Aneurisma Mardjono Tjahjadi dari Mandaya Royal Hosp...