PM Hassan Diab: Atasi Krisis Ekonomi, Lebanon Harus Kesampingkan Perbedaan
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Lebanon harus mengatasi perbedaan, karena negara itu tidak punya waktu untuk mengatasi krisis keuangan, kata Perdana Menteri Hassan Diab pada hari Rabu (6/5). Dia mengatakan bahwa rencana pemulihan pemerintah bukan teks suci dan dapat diamandemen.
Pemerintah menyetujui rencana itu pekan lalu, mengumumkan bahwa itu menjadi dasar negosiasi dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk mendapatkan bantuan.
Diab berbicara pada sebuah pertemuan kepemimpinan sektarian Lebanon yang sibuk untuk meninjau kembali rencana itu, yang memetakan kerugian besar dalam sistem keuangan. Dan Presiden Lebanon, Michel Aoun, mengatakan bahwa IMF adalah "jalur wajib" untuk pemulihan negara itu.
Proposal pemerintah telah mendapat kritik keras dari sektor perbankan komersial yang, menurut rencana, ditetapkan untuk mempertahankan kerugian sekitar US$ 83,2 miliar. "Waktu sangat berharga. Akumulasi kerugian sangat besar. Situasinya sangat menyakitkan, dan kesempatan untuk memperbaiki (situasi) tidak akan bertahan lama," kata Diab pada pertemuan yang diadakan di istana presiden.
Dia mendesak partai politik, sindikat ekonomi dan bank untuk mengesampingkan perbedaan. Tidak ada tempat untuk penilaian, katanya, dan hambatan perdagangan akan "mahal untuk semua".
Blok Hariri Tidak Hadir
Pemerintah Diab diangkat pada Januari lalu dengan dukungan dari kelompok Syiah, Hizbullah, yang didukung Iran, dan sekutu mereka, termasuk Presiden Michel Aoun dari Kristen Maronite.
Politisi Sunni terkemuka, Saad al-Hariri, mantan perdana menteri dan sekutu tradisional negara-negara Teluk Arab dan Barat, tidak menghadiri pertemuan itu. Pemimpin Druze, Walid Jumblatt, dan saingan kelompok Maronite-nya Aoun, Samir Geagea, juga tidak hadir.
Krisis dipandang sebagai risiko terbesar bagi stabilitas Lebanon sejak perang saudara tahun 1975-1990. Mata uang lokal telah kehilangan lebih dari setengah nilainya sejak Oktober tahun lalu dan para deposan sebagian besar telah menutup tabungan mereka, karena dolar semakin langka. Inflasi, pengangguran dan kemiskinan telah melonjak. Dan Lebanon gagal bayar utangnya pada bulan Maret.
Menteri Keuangan, Ghazi Wazni, mengatakan Lebanon memulai negosiasi untuk merestrukturisasi utang dua pekan lalu. Meminta bantuan IMF termasuk untuk meningkatkan kepercayaan internasional dan penyediaan dukungan keuangan hingga US$ 10 miliar untuk perbendaharaan, katanya. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Beijing Buka Dua Mausoleum Kaisar Dinasti Ming untuk Umum
BEIJING, SATUHARAPAN.COM - Dua mausoleum kaisar di Beijing baru-baru ini dibuka untuk umum, sehingga...