PM Jepang Desak Korsel Copot Patung Perempuan Penghibur
TOKYO, SATUHARAPAN.COM - Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, hari Sabtu (7/1), meminta Korea Selatan untuk mencabut patung “perempuan penghibur” yang membangkitkan kembali sengketa diplomatik terkait perbudakan seks yang dilakukan Jepang pada masa perang.
Ketegangan memuncak pada Jumat (6/1) ketika Tokyo memanggil duta besarnya karena patung yang ditempatkan oleh kelompok sipil di depan konsulat mereka di Busan bulan lalu. Patung tersebut melambangkan perempuan yang dipaksa bekerja di rumah bordil militer Jepang hampir selama Perang Dunia II.
Perbudakan Jepang terhadap perempuan sebagai penghibur di garis depan pada masa perang telah menjadi sumber utama keretakan diplomatik lama antara Seoul dan Tokyo. Sejarawan memperkirakan bahwa hampir 200.000 perempuan, sebagian besar dari Korea, dipaksa menjadi budak seks untuk tentara Jepang selama Perang Dunia II.
Jepang berpendapat bahwa penempatan patung itu bertentangan dengan kesepakatan 2015 antara kedua negara bertetangga untuk mengakhiri isu “perempuan penghibur” yang telah berlangsung selama beberapa dekade dengan permintaan maaf dari ganti rugi uang dari Jepang.
“Jepang sudah membayar satu miliar yen (sekitar Rp 114,1 miliar) karena kami dengan tulus memenuhi kewajiban kami. Saya pikir ini saatnya bagi Korea Selatan untuk menunjukkan ketulusan,” kata Abe dalam sebuah program yang ditayangkan pada Minggu di lembaga penyiaran umum NHK.
Nasib yang dialami para perempuan tersebut telah memperburuk hubungan selama beberapa dekade tetapi pemerintahan Abe dan Presiden Korea Selatan Park Geun-Hye telah mencapai kesepakatan pada akhir 2015 untuk akhirnya menyelesaikan isu tersebut.
Menurut kesepakatan, Jepang menawarkan permintaan maaf dan pembayaran satu miliar yen bagi korban dari Korea Selatan yang masih hidup.
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...