PM Lebanon, Hassan Diab, Menyatakan Akan Mundur dalam Waktu Dekat
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Perdana Menteri Lebanon, Hassan Diab, memberi tahu Presiden Michel Aoun bahwa dia berencana untuk mengundurkan diri dalam waktu dekat, menurut laporan media setempat pada hari Minggu (9/8).
Berita itu muncul ketika banyak anggota parlemen dan menteri mengundurkan diri dalam beberapa hari terakhir menyusul ledakan mematikan di Beirut yang menewaskan sedikitnya 158 orang.
Warga Lebanon menyerukan protes di luar istana Baabda pada hari Senin (10/8) untuk menuntut Presiden Michel Aoun mundur setelah ledakan besar yang memicu protes anti pemerintah dan pengunduran diri beberapa menteri.
Menteri Kehakiman, Mary-Claude Najem, dan Menteri Keuangan, Ghazi Whazi, juga mengundurkan diri setelah Menteri Luar Negeri, Menteri Informasi, dan menteri Lingkungan.
Ledakan gudang pelabuhan pekan lalu akibat terbakarnya lebih dari 2.000 ton amonium nitrat menewaskan 158 orang, melukai lebih dari 6.000 orang, dan menghancurkan sebagian kota Beirut, di tepi Laut Mediteramia. Ledakan memperparah krisis politik dan ekonomi selama berbulan-bulan dan mendorong seruan keras agar seluruh pemerintah mundur.
Pemerintah Dalam Tekanan
Kabinet, yang dibentuk pada bulan Januari dengan dukungan dari kelompok Hizbullah yang didukung Iran dan sekutunya, dijadwalkan bertemu pada Senin (10/8) di bawah tekanan dengan banyak menteri yang ingin mengundurkan diri, kata sumber kementerian dan politik.
Najem mengundurkan diri pada hari Senin, dengan alasan terkait ledakan dahsyat di Beirut. "Seluruh rezim perlu diubah. Tidak akan ada bedanya jika ada pemerintahan baru," kata Joe Haddad, seorang insinyur. "Kami membutuhkan pemilihan yang cepat."
Perdana Menteri Hassan Diab mengatakan pada hari Sabtu (8/8) bahwa dia akan meminta pemilihan parlemen lebih awal. Aoun sebelumnya mengatakan bahan peledak disimpan dengan tidak aman selama bertahun-tahun di pelabuhan. Dia kemudian mengatakan penyelidikan akan mempertimbangkan apakah penyebabnya adalah gangguan eksternal serta kelalaian atau kecelakaan.
Gubernur Beirut mengatakan banyak pekerja asing dan pengemudi truk belum ditemukan dan dianggap termasuk di antara korban, mempersulit upaya untuk mengidentifikasi para korban.
Protes Anti Pemerintah
Protes anti pemerintah dalam dua hari terakhir telah menjadi yang terbesar sejak Oktober ketika para demonstran turun ke jalan karena krisis ekonomi yang berakar pada korupsi, pemborosan, dan salah urus. Para pengunjuk rasa menuduh elite politik mengeksploitasi sumber daya negara untuk keuntungan mereka sendiri.
Beberapa orang Lebanon meragukan perubahan mungkin terjadi di negara di mana politisi sektarian telah mendominasi negara itu sejak perang saudara tahun1975-90. "Itu tidak akan berhasil, hanya orang yang sama. Itu mafia," kata Antoinette Baaklini, seorang karyawan pada sebuah perusahaan listrik yang hancur dalam ledakan itu.
Para pekerja mengambil batu yang jatuh di dekat gedung tempat grafiti dinding mengejek krisis listrik kronis Lebanon: "Setiap orang di dunia memiliki listrik sementara kami memiliki keledai.""Itu akan selalu sama. Ini hanya permainan politik, tidak ada yang akan berubah," kata mahasiswa universitas Marilyne Kassis.
Donor Menuntut Transparansi
Konferensi darurat donor internasional pada hari Minggu (9/8) mengangkat janji senilai hampir 253 juta euro (US$ 298 juta) untuk bantuan kemanusiaan segera. Tetapi negara-negara asing menuntut transparansi tentang bagaimana bantuan itu digunakan, berhati-hati untuk tidak menulis cek kosong kepada pemerintah yang dianggap sangat korup oleh rakyatnya sendiri. Ada yang mengkhawatirkan pengaruh gerakan Syiah Hizbullah, yang ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh Amerika Serikat.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Abbas Mousavi, mengatakan pada konferensi pers yang disiarkan televisi pada hari Senin (10/8) bahwa negara-negara harus menahan diri dari mempolitisasi ledakan pelabuhan di Beirut. Dia meminta Amerika Serikat untuk mencabut sanksi terhadap Lebanon. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Lebanon Usir Pulang 70 Perwira dan Tentara ke Suriah
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Lebanon mengusir sekitar 70 perwira dan tentara Suriah pada hari Sabtu (27/1...