PM Metanyahu: Tujuan Israel Kesepakatan Damai dengan Saudi dan Hentikan Agresi Iran
YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan bahwa pemerintahnya sedang bekerja menuju kesepakatan damai dengan Arab Saudi dan menghentikan agresi Iran, menambahkan bahwa keduanya adalah tujuan yang "saling terkait", lapor media Israel pada hari Minggu (19/2).
Netanyahu mengatakan bahwa mencapai kesepakatan dengan Arab Saudi akan menjadi "lompatan kuantum" diplomatik, menambahkan bahwa dia berharap bahwa "menjalin hubungan yang hangat dengan Arab Saudi akan mengubah hubungan Israel dengan seluruh dunia Arab," dan sebagai konsekuensinya akan "membawa pada akhir yang efektif dari konflik Israel-Arab, bukan Israel-Palestina,” Times of Israel melaporkan.
Dia menambahkan bahwa pencapaian normalisasi hubungan dengan Arab Saudi akan “meluncurkan perubahan bersejarah dalam posisi Israel di Timur Tengah,” lapor Jerusalem Post. “Dunia Arab mengakui keunggulan ancaman Iran,” kata Netanyahu, seraya menambahkan bahwa musuh bersama telah membawa dunia Arab lebih dekat ke Israel.
Netanyahu menggambarkan penandatanganan perjanjian damai dengan Arab Saudi dan menggagalkan ancaman Iran ke wilayah tersebut sebagai dua tujuan yang "berjalin" untuk Israel. “Ini (normalisasi hubungan dengan Arab Saudi) adalah tujuan yang sedang kami kerjakan secara paralel dengan tujuan menghentikan Iran; keduanya saling terkait,” kata dia seperti dikutip Jerusalem Post.
Israel, sejak penandatanganan Abraham Accords yang disponsori Amerika Serikat untuk menormalisasi hubungan dengan UEA, Bahrain, Sudan, dan Maroko, terus berupaya memperluas inisiatif ke negara-negara lain.
Petinggi Israel telah berulang kali menekankan bahwa menjalin hubungan dengan Arab Saudi akan menjadi pencapaian akhir dan akan sangat penting untuk membangun perdamaian di wilayah tersebut.
Para pejabat Israel telah menggembar-gemborkan ancaman Iran ke kawasan itu - termasuk program nuklirnya, persenjataan rudal balistik, dan campur tangannya melalui mempersenjatai dan membiayai milisi di negara-negara seperti Yaman, Lebanon, Irak dan Suriah - sebagai musuh bersama dengan negara-negara Arab.
Arab Saudi telah berulang kali menyatakan bahwa perjanjian damai atau kesepakatan apa pun untuk menormalkan hubungan dengan Israel akan dikondisikan sebelumnya pada pembentukan negara Palestina merdeka.
Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan, mengatakan: “Kami telah mengatakan secara konsisten bahwa kami percaya normalisasi dengan Israel adalah sesuatu yang sangat menarik bagi kawasan. Namun, normalisasi sejati dan stabilitas sejati hanya akan datang dengan memberikan harapan kepada warga Palestina, dengan memberikan martabat kepada warga Palestina.”
Dia menambahkan: "Itu membutuhkan pemberian negara kepada Palestina, dan itulah prioritasnya."
Tahun lalu, Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan majalah AS The Atlantic bahwa Arab Saudi memandang Israel sebagai "sekutu potensial", namun mencatat bahwa beberapa masalah perlu diselesaikan terlebih dahulu.
“Bagi kami, kami berharap konflik antara Israel dan Palestina dapat diselesaikan. Kami tidak memandang Israel sebagai musuh, kami memandang mereka sebagai sekutu potensial, dengan banyak kepentingan yang dapat kami kejar bersama. Tapi kita harus menyelesaikan beberapa masalah sebelum kita sampai ke sana,” katanya. (dengan Al Arabiya)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...