PM Najib Yakinkan Umat Kristen Malaysia Tak Ada Diskriminasi
KUALA LUMPUR, SATUHARAPAN.COM - Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Najib Tun Razak pada Selasa (2/6) menghadiri acara peluncuran Gerakan Kristen untuk Perdamaian dan Harmoni (Christian for Peace and Harmony Movement/CPHM) di Kuala Lumpur. Pada kesempatan itu ia menegaskan komitmennya untuk meniadakan diskriminasi dengan mengatakan semua warga negara Malaysia adalah bangsa Malaysia dan tidak dikenal adanya istilah pendatang.
Ia menegaskan konflik rasial dan agama di Malaysia hanya bisa terjadi apabila paham ekstrem merasuki agama. "Saya seorang penganjur wastiyah atau moderasi dalam segala yang kami lakukan. Semua agama berkhotbah tentang moderasi tetapi ekstremisme lah yang menciptakan konflik," kata Najib.
Dia mengatakan istilah 'pendatang' atau migran tidak boleh digunakan untuk merujuk kepada rakyat Malaysia, karena menurut dia, munculnya istilah itu digunakan untuk memecah belah dan memisahkan-misahkan masyarakat multikultur ketimbang menyatukannya.
Sementara itu ketua CPHM, Pendeta Wong Kim Kong, mengatakan tugas membangun masyarakat yang damai dan harmonis tidak dapat dicapai oleh satu organisasi atau individu. Ia memuji keputusan Najib untuk menghadiri acara peluncuran tersebut sebagai indikasi yang jelas dan komitmen PM Malaysia itu untuk membangun masyarakat yang damai dan harmonis.
"Kita memerlukan visibilitas kesatuan, vitalitas kemitraan yang konstruktif, dan kelangsungan hidup tindakan produktif.
"Kami mengingini kemitraan dan kolaborasi untuk memenuhi visi ini," kata dia yang disambut tepuk tangan dari 1.200 hadirin.
Dia menambahkan bahwa ada peningkatan tekanan pada masyarakat Malaysia yang multi-rasial dan multi-agama karena lebih sering yang muncul adalah komentar negatif dan kadang-kadang ofensif.
Dia mengatakan CPHM ingin mengarahkan fokus pada perdamaian dan harmoni sebagai pesan positif untuk meningkatkan pembangunan bangsa serta mendorong suara-suara moderat di setiap masyarakat --yang sebenarnya adalah mayoritas diam -- untuk berbicara menyampaikan pesan perdamaian dan harmoni.
"Kami percaya ini sejalan dengan keinginan Najib untuk mempromosikan moderasi dan cinta bagi bangsa," tambah Wong.
Dia mengatakan contoh klasik adalah insiden baru-baru ini di Taman Medan, di mana dalam menghadapi demonstran salib gereja ia berkata: "Saya memaafkan para pengunjuk rasa, mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan."
Wong mengatakan beberapa kalangan mungkin melihat pendeta itu sebagai orang lemah atau bodoh atau pengecut.
"Namun, ini adalah ajaran Juruselamat kami," tambahnya. (nst.com.my/themalaysianinsider.com)
Editor : Eben Ezer Siadari
Wapres Lihat Bayi Bernama Gibran di Pengungsian Erupsi Lewot...
FLORES TIMUR, SATUHARAPAN.COM - Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka mengunjungi seorang b...