Polisi Bangladesh Gerebeg Kamp Rohingya, 56 Ditangkap
Penggerebegan dilakukan karena kejahatan meningkat di kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh.
DHAKA, SATUHARAPAN.COM-Polisi elite Bangladesh telah melancarkan tindakan keras terhadap tersangka penjahat dan gerilyawan setelah meningkatnya serangan terhadap para pemimpin komunitas Rohingya di kamp-kamp pengungsi, kata petugas, hari Minggu (30/10).
Batalyon Polisi Bersenjata (APBN), yang bertugas menjaga keamanan di 34 kamp pengungsi yang menampung hampir satu juta pengungsi Rohingya, mengatakan mereka telah menangkap sedikitnya 56 orang Rohingya sejak hari Jumat malam.
Sekitar 740.000 orang Rohingya melarikan diri dari serangan militer di Myanmar pada tahun 2017 dan mengungsi dengan lebih dari 200.000 orang Rohingya yang sudah berada di kamp-kamp di distrik resor Cox's Bazar di tenggara Bangladesh.
Polisi mengatakan keamanan di kamp-kamp itu telah memburuk tajam dalam beberapa bulan terakhir dengan setidaknya 15 orang Rohingya, lebih dari setengahnya adalah pemimpin kamp, dibacok sampai mati atau ditembak oleh saingannya.
"Kami telah meluncurkan 'Operasi Root Out' pada hari Jumat dan kami telah menangkap 56 Rohingya termasuk 24 orang yang terlibat dalam pembunuhan tujuh majhis (pemimpin komunitas Rohingya) bulan ini," kata juru bicara APBN, Farouk Ahmed, kepada AFP.
“Mereka adalah teroris. Kami akan melanjutkan upaya tersebut dan melenyapkan teroris yang mengganggu keamanan dan perdamaian di kamp-kamp,” katanya. Pasukan keamanan Bangladesh biasa menyebut kelompok pemberontak yang aktif di kamp sebagai teroris.
Seorang perwira tinggi polisi mengatakan Tentara Solidaritas Rohingya Arakan (ARSA), sebuah kelompok pemberontak yang memerangi tentara Myanmar di negara bagian Rakhine di bagian barat negara itu, berada di balik sebagian besar pembunuhan.
"Mereka bertanggung jawab atas pembunuhan tujuh majhi di kamp," katanya, yang berbicara tanpa menyebut nama.
“Karena konflik yang sedang berlangsung di Myanmar, orang-orang ARSA telah memasuki kamp-kamp dan menciptakan kekacauan di sana karena tidak dapat bertahan di Myanmar. Mereka membunuh saingan mereka yang menentang kegiatan teroris mereka,” katanya.
Kepala polisi distrik Cox's Bazar, Mahfuzul Islam, mengatakan setidaknya 20 orang Rohingya dibunuh di kamp-kamp tahun ini dan 120 orang didakwa dengan pembunuhan itu.
Selain ARSA, polisi mengatakan kelompok pemberontak saingan seperti Organisasi Solidaritas Rohingya (RSO) dan Islami Mahad juga beroperasi di kamp-kamp tersebut. Beberapa orang Rohingya yang terbunuh dalam beberapa bulan terakhir adalah anggota Islami Mahad, kata seorang perwira polisi.
Pada September 2021, tersangka pria ARSA membunuh pemimpin kelompok hak asasi manusia Rohingya, Mohib Ullah, di depan kantornya. ARSA juga disalahkan atas pembunuhan enam guru dan siswa di sebuah sekolah Islam yang dikendalikan oleh Islami Mahad Oktober lalu. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
AS Memveto Resolusi PBB Yang Menuntut Gencatan Senjata di Ga...
PBB, SATUHARAPAN.COM-Amerika Serikat pada hari Rabu (20/11) memveto resolusi Dewan Keamanan PBB (Per...