Polusi Dunia Lebih Mematikan daripada Perang dan Bencana
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM – Pencemaran lingkungan mulai dari udara kotor sampai air yang terkontaminasi, setiap tahunnya membunuh lebih banyak orang daripada perang dan kekerasan di dunia. Jumlah kematian akibat polusi juga lebih banyak daripada kematian akibat merokok, kelaparan atau bencana dan bahkan lebih banyak dari kematian akibat AIDS, TBC dan malaria digabung.
Satu dari enam kematian dini di dunia tahun 2015 atau sekitar 9 juta kematian, bisa dikatakan akibat terpapar polusi beracun, menurut sebuah penelitian yang yang dimuat dalam jurnal kedokteran, Lancet pada hari Kamis (19/10). Biaya dari kematian akibat pencemaran, penyakit dan kesejahteraan juga tidak kalah besar, yaitu sekitar 4,6 triliun dolar (Rp 62.209 trilun) setahun atau kira-kira 6,2 persen dari ekonomi global, menurut penelitian tersebut.
Jumlah 9 juta kematian dini dalam penelitian ini, hanyalah perkiraan sebagaian, kata para pakar. Jumlah orang yang meninggal akibat polusi dipastikan lebih tinggi dan akan bisa dihitung setelah penelitian selesai dan metode baru untuk menilai dampak-dampak buruk bisa dikembangkan.
“Ada banyak studi mengenai polusi, tapi tidak pernah menerima sumber atau perhatian yang sama seperti misalnya, AIDS atau perubahan iklim,” kata pakar epidemiologi, Philip Landrigan, dekan kesehatan global dari Icahn School of Medicine di Mount Sinai, New York dan juga penulis utama dari laporan ini.
Laporan itu, merupakan upaya pertama dalam mengumpulkan data mengenai penyakit dan kematian akibat gabungan semua bentuk pencemaran digabung.
“Polusi, adalah masalah yang sangat besar yang tidak dilihat orang karena mereka melihat sebagai bagian yang terpisah-pisah,” kata Landrigan.
Asia dan Afrika adalah wilayah-wilayah yang paling membahayakan warganya, menurut penelitian tersebut, sementara India berada di puncak daftar per negara. (VOA)
Editor : Melki Pangaribuan
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...