Populasi Tasmanian Devil Merosot, Ekosistem Ikut Berubah
TASMANIA, SATUHARAPAN.COM - Menurunnya populasi satwa predator utama di Tasmania, yaitu Tasmanian devil di alam liar telah memicu perubahan ekosistem di kawasan tersebut.
Hal ini terungkap dari penelitian terbaru para ahli satwa dari Universitas Tasmania.
Saat ini populasi satwa Tasmanian devil terus menurun seiring dengan merebaknya penyakit tumor wajah di kalangan satwa ini.
Tasmanian devil biasa memangsa possum (spesies marsupial asli Australia, red) yang biasa menjelajah dari satu pohon ke pohon lain untuk mencari makanan, tapi kini dengan berkurangnya jumlah sang predator Tasmanian devil telah menyebabkan possum di kawasan ini memiliki perilaku hidup yang lebih berani.
Pakar Ilmu Hewan dari Univeritas Tasmania, Tracey Hollings mengatakan percobaan menggunakan kismis sebagai umpan mendapati kalau possum di Tasmania saat ini menjadi semakin banyak melakukan penjelajahan di darat ketimbang di pohon dalam mencari makanan.
"Ini terjadi karena possum menilai resiko mereka di mangsa predator ketika menjelajah di tanah semakin berkurang," katanya.
"Jadi mereka mengira tidak merasa perlu lagi menghabiskan banyak energi untuk melakukan perilaku menghadapi predator di kawasan yang dulu merupakan kawasan yang padat populasi Tasmanian devil-nya.”
Kolega Hollings di Universitas Tasmania, Associate Professor Menna Jones mengatakan beberapa jenis possum yang mereka pelajari kini hidup di kawasan ini seolah-olah tidak ada lagi Tasmanian Devil di sana.
Menurutnya di Kawasan Timur Tasmania, di mana ada lebih dari 90 persen satwa Tasmanian devil punah karena penyakit kanker wajah, satwa possum di kawasan ini terlihat memiliki perilaku yang tidak lagi takut dengan predator.
"Perilaku mereka, di mana mereka seperti lebih memilih berada di tanah terbuka dan tidak lagi memilih berada di kawasan yang memiliki tutupan vegetasi pepohonan rapat, sangat mirip dengan perilaku possum yang kita temukan di pulau-pulau di lepas pantai di mana tidak terdapat populasi predator Tasmanian devil, ini menunjukan bagi possum, fungsi predator Tasmanian devil sudah punah."
"Mereka tidak lagi peduli dan khawatir dimangsa oleh devil jika mereka turun ke tanah," katanya.
Peneliti mengatakan possum juga lebih banyak mengkonsumsi tumbuhan asli yang berbiji karena tidak ada lagi Tasmanian devil yang akan memburu mereka dan ini memungkinkan possum lebih banyak berinteraksi dengan manusia dengan memakan buah-buahan di kebun dan lahan rumput milik pertanian.
Perilaku 'berani mengambil resiko' yang dilakukan possum juga telah menyebabkan possum diperlakukan sebagai burung kenari di kawasan tambang batubara.
Karenanya, Jones mengatakan tanpa keberadaan Tasmanian devil sebagai predator seluruh ekosistem akan terdampak.
"Punahnya Tasmanian dari ekosistem dapat memicu konsekuensi bagi spesies lain dan dapat mengakibatkan penurunan atau kepunahan spesies lain maupun perubahan perilaku di seluruh ekosistem, termasuk vegetasi," katanya.
"Kami sangat prihatin mengetahui bagaimana kepunahan devil ini telah mengubah seluruh ekosistem yang ada."
Jones mengantisipasi kondisi ini bahwa tanpa kehadiran Tasmanian devil jumlah kucing liar juga akan meningkat dan Ia memperingatkan hal ini akan memberikan tekanan pada tikus asli dan penyebaran penyakit.
"Hal ini juga dapat mengakibatkan meningkatnya prevalensi [parasit] toxoplasma gondii di lingkungan, yang tentu saja akan mengancam populasi satwa liar lain seperti pademelons dan bandicoots yang dikenal rentan terhadap toksoplasmosis, begitu juga domba," katanya.
Dia mengatakan solusi untuk mencegah hal ini terjadi adalah dengan mengembalikan populasi tasmanian devil di lingkungan alam liar Tasmania.
Pemerintah Negara perlu mengupayakan program yang dapat memperkenalkan kembali Tasmanian devil di alam liar dengan menempatkan hewan-hewan ini di daerah berpagar. (australiaplus.com)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...