Prancis: Dalam 2 atau 3 Tahun Iran Dapat Memiliki Senjata Nuklir
PARIS, SATUHARAPAN.COM-Iran diperkirakan dapat memiliki senjata nuklir dalam satu hingga dua tahun jika negara itu terus melanggar perjanjian nuklir tahun 2015, kata Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian, hari Jumat (10/1).
"Jika mereka terus meninggalkan perjanjian Wina, maka ya, dalam periode waktu yang cukup singkat, antara satu dan dua tahun, mereka bisa memiliki akses ke senjata nuklir, yang bukan merupakan pilihan," kata Le Drian di radio RTL.
Selain itu, Prancis menyatakan bahwa pihaknya tetap "berkomitmen" pada perjanjian nuklir Iran tahun 2015 yang ditandatangani dengan kekuatan dunia lainnya, meskipun Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mendesak Eropa untuk keluar dari kesepakatan.
Presiden AS pada hari Rabu (8/1) menarik diri dari ambang perang dengan Iran setelah memerintahkan pembunuhan seorang jenderal Iran, di mana Teheran menanggapi dengan serangan rudal di pangkalan Irak yang digunakan oleh pasukan AS.
Tetapi Trump, menarik diri dari perjanjian nuklir Iran yang ditandatangani di Wina pada tahun 2018. Trump mengatakan bahwa "waktunya telah tiba" bagi para penandatangan lain untuk melakukan hal yang sama (dengan AS).
Kementerian luar negeri Prancis, hari Kamis (9/1) tidak menunjukkan tanda-tanda menarik diri dari kesepakatan nuklir. "Prancis tetap berkomitmen pada kerangka perjanjian nuklir Iran di Wina," kata seorang juru bicara kementerian, Agnes von der Muehll, dikutip AFP.
Dia menambahkan bahwa Prancis "terus bekerja dengan pihak-pihak lain" dalam perjanjian itu, yang berarti para penandatangan lain, Inggris, Jerman, Rusia dan China, bersama dengan Iran.
Setelah AS menerapkan kembali sanksi terhadap Iran, Teheran mulai melanggar beberapa aspek dari perjanjian tersebut dan pada hari Minggu mengumumkan bahwa mereka tidak lagi merasa perlu untuk membatasi jumlah sentrifugal untuk membuat uranium yang diperkaya yang dibutuhkan untuk tenaga nuklir.
Namun, Presiden Iran, Hassan Rouhani, mengatakan kepada Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, dalam percakapan telepon hari Kamis (9/1) bahwa Iran bersedia untuk sepenuhnya memulihkan komitmen nuklirnya jika pihak-pihak Eropa dalam perjanjian "kembali ke komitmen mereka sendiri" dan membantu Teheran menghindari sanksi AS, kata pernyataan kantornya.
Para penandatangan Eropa harus memutuskan dalam beberapa hari mendatang apakah akan mengambil tindakan terhadap Teheran karena mengingkari komitmennya yang dapat mengarah pada penerapan kembali sanksi PBB.
Pertemuan khusus para menteri luar negeri Uni Eropa berlangsung hari Jumat ini di Brussels untuk membahas krisis Iran. Presiden Uni Eropa, Charles Michel, membela perjanjian nuklir Iran pada hari Kamis dan memperingatkan Rouhani agar tidak mengambil "tindakan yang tidak dapat diubah".
Editor : Sabar Subekti
Beijing Buka Dua Mausoleum Kaisar Dinasti Ming untuk Umum
BEIJING, SATUHARAPAN.COM - Dua mausoleum kaisar di Beijing baru-baru ini dibuka untuk umum, sehingga...