Prancis Miliki Ketahanan Pangan Terbaik
LONDON, SATUHARAPAN.COM – Upaya Prancis memerangi limbah pangan dengan melarang supermarket membuang makanan yang tidak terjual, dan mewajibkan restoran untuk membolehkan pelanggan membawa pulang makanan yang tidak dihabiskan, membuahkan hasil.
Prancis berada di peringkat atas negara-negara dengan ketahanan pangan terbaik.
Jepang, Jerman, Spanyol dan Swedia bergabung dalam lima negara teratas dalam indeks yang diterbitkan Economist Intelligence Unit (EIU), yang memeringkat 34 negara berdasarkan pemborosan makanan, pertanian ramah lingkungan dan kualitas makanan.
Membuang-buang sumber daya pada saat ratusan juta orang kelaparan di seluruh dunia adalah "tidak etis dan tidak bermoral", kata Vytenis Andriukaitis, Komisioner Uni Eropa untuk Kesehatan dan Keamanan Pangan, di acara peluncuran Indeks Ketahanan Pangan 2017, Selasa (6/11), dilansir situs voaindonesia.com.
"Kita semua bertanggung jawab. Setiap orang dan setiap negara," katanya di Milan, Italia, menurut sebuah pernyataan.
"Sepertiga dari seluruh pangan yang diproduksi di seluruh dunia, atau 1,3 miliar ton per tahun, dibuang, menurut Organisasi Pangan Pertanian PBB (FAO).
Sampah makanan mengeluarkan gas yang bisa menaikan suhu planet, pada saat membusuk di tempat pembuangan sampah. Limbah makanan dunia menyumbang lebih banyak emisi gas kaca dibanding negara mana pun, kecuali Tiongkok dan Amerika.
"Yang paling penting adalah visi dan arti penting (ketahanan pangan) di agenda dan kebijakan para pemerintah itu," kata Irene Mia, direktur editorial global di IEU, mengatakan kepada Reuters. "Ini hal yang harus naik di agenda para pemerintah di selurh dunia."
Tingkat kelaparan dunia, naik tahun lalu untuk pertama kalinya selama lebih dari satu abad dengan lebih dari 815 juta orang kelaparan. Angka ini artinya lebih dari satu diantara 10 orang mengalami kelaparan.
Prancis adalah negara pertama yang menerapkan undang-undang khusus limbah pangan.Negara itu hanya kehilangan 1,8 persen dari total produksi makanan setiap tahun dan berencana mengurangi angka itu menjadi setengahnya pada 2025.
"Prancis telah mengambil langkah penting dan menyambut langkah ke depan, termasuk memaksa supermarket untuk berhenti membuang makanan yang masih sangat bisa dimakan," kata Meadhbh Bolger, juru kampanye dari Friends of the Earth Europe. "Langkah ini harus dibarengi di tingkat Uni Eropa dengan target pembuangan makanan yang berlaku di seluruh Eropa."
Negara-negara dengan penghasilan tinggi memiliki kinerja bagus di indeks tersebut. Namun Amerika tertinggal di posisi ke-21 karena manajemen lahan dan penggunaan pupuk di pertanian, serta konsumsi daging, gula dan lemak jenuh yang berlebihan.
Uni Emirat Arab, meski memiliki pendapatan per kapita tertinggi di antara 34 negara, berada di posisi terakhir. Ini menggambarkan tingginya pembuangan makanan hingga mencapai 1.000 kilo per orang per tahun, meningkatnya obesitas dan sektor pertanian yang bergantung pada sumber daya air yang mulai habis, kata EIU.
Editor : Melki Pangaribuan
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...