Presiden Afrika Selatan Mundur
PRETORIA, SATUHARAPAN.COM - Presiden Afrika Selatan,Jacob Zuma, mengundurkan diri setelah berhari-hari menentang perintah partainya sendiri, Partai Kongres Nasional Afrika (ANC) agar berhenti dari jabatannya pada malam menjelang mosi tidak percaya atas dirinya dilangsungkan di parlemen.
Dalam pidato di televisi kepada negara tersebut pada Rabu malam, pria berusia 75 tahun tersebut mengatakan bahwa dia adalah anggota yang disiplin terhadap ANC, tempat dirinya telah mengabdikan hidupnya.
"Saya khawatir tidak akan pernah ada mosi tidak percaya atau pemakzulan... Saya akan terus melayani rakyat Afrika Selatan dan ANC. Saya akan mendedikasikan hidup saya untuk terus bekerja demi pelaksanaan kebijakan organisasi kita, "kata Zuma, dikutip dari The Guardian.
"Tidak perlu ada kehidupan yang hilang dalam nama saya. ANC tidak boleh terbelah karena saya. Oleh karena itu saya memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai presiden republik saat ini juga," kata dia.
Pengunduran diri tersebut mengakhiri hari-hari yang menegangkan dalam politik Afrika Selatan, yang dimulai dengan penyergapan pada pagi harir di sebuah bisnis keluarga Zuma, di tengah tuduhan korupsi padanya baru-baru ini.
Kemudian, pejabat ANC mengumumkan bahwa mereka akan menggalang sebuah mosi tidak percaya atas diri Zuma bersama partai oposisi di parlemen pada hari ini (15/02).
Sore harinya, Zuma memberikan wawancara TV yang marah dan bertele-tele untuk membenarkan penolakannya untuk mematuhi perintah partainya sendiri untuk mengundurkan diri.
Namun pidatonya pada Rabu malam terlihat lebih percaya diri dan hangat.
Ia memulai dengan sebuah lelucon dengan wartawan dengan tawa khasnya. Dia mengucapkan terima kasih kepada ANC dan Afrika Selatan atas kesempatan istimewa yang diperolehnya untuk melayani mereka di "puncak" kehidupan publik, sebelum mengucapkan terima kasih dan selamat tinggal dalam tiga bahasa lokal.
Pengunduran diri Zuma meninggalkan jalan yang lebih jelas bagi wakil presiden, Cyril Ramaphosa, yang mengambil alih kepemimpinan ANC pada bulan Desember, untuk dipilih oleh parlemen menjadi presiden.
Zuma, mantan aktivis anti-apartheid yang telah memimpin ANC sejak 2007 dan menjadi presiden Afrika Selatan sejak 2009, seharusnya akan mengakhiri jabatannya tahun depan.
Masa jabatannya telah dirusak oleh kemerosotan ekonomi dan banyak tuduhan korupsi yang telah merusak citra dan legitimasi partainya.
Bila terpilih sebagai presiden, Ramaphosa harus menyeimbangkan kebutuhan untuk meyakinkan investor asing dan bisnis lokal terhadap permintaan intens untuk tindakan dramatis dalam mengatasi masalah besar Afrika Selatan.
Pemimpin serikat pekerja berusia 65 tahun tersebut mengatakan bahwa Afrika Selatan keluar dari "masa ketidakpastian, masa kegelapan, dan memasuki fase baru".
Richard Calland, seorang ahli dalam politik Afrika Selatan di University of Cape Town, mengatakan bahwa kepergian Zuma akan memberi Ramaphosa "kesempatan untuk membangun kembali pemerintah dan partai pada saat bersamaan".
Editor : Eben E. Siadari
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...