Presiden: Bangsa Indonesia Kehilangan JS Badudu
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan rasa kehilangan yang mendalam atas meninggal Guru Besar Universitas Padjajaran Bandung Jusuf Sjarif Badudu atau dikenal sebagai J.S. Badudu dalam usia 89 tahun pada hari Sabtu (12/3).
Presiden Jokowi melalui akun twitternya @jokowi mengungkapkan rasa kehilangan. "Bangsa Indonesia kehilangan J.S. Badudu. Sepanjang hidupnya diabdikan untuk bahasa Indonesia. Pengabdiannya jadi teladan kita bersama -Jkw," ungkap Presiden pada pukul 10.21 WIB, hari Minggu (13/3).
Tim Komunikasi Presiden Ari Dwipayana juga mengunggah "capture" dari akun Presiden tersebut pada halaman yang dimaksud dan mengirimkannya kepada para wartawan yang biasa meliput di Istana Kepresidenan.
Jusuf Sjarif Badudu meninggal pada Sabtu (12/3) di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung.
Ahli bahasa Indonesia itu, meninggal sekitar pukul 22.10 WIB dan menurut keterangan keluarganya, Badudu sebelumnya masuk rumah sakit karena stroke.
Badudu semasa hidupnya pernah mengajar di dua universitas di Bandung, yaitu Universitas Padjadjaran dan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Ia pensiun sejak 10 tahun lalu.
Badudu sempat beberapa kali dirawat di rumah sakit hingga mengalami stroke sampai kemudian meninggal pada 12 Maret 2016.
Keluarga melepas jenazah Pakar Bahasa Indonesia yang juga Guru Besar Universitas Padjadjaran Bandung Prof Dr Jusuf Sjarif Badudu di Masjid Al Jihad Unpad Kota Bandung, Minggu, untuk kemudian dimakamkan secara militer di Taman Makam Pahlawan Cikutra Bandung.
Proses pelepasan jenazah diserahkan pihak keluarga yang diwakili oleh anak keenamnya Rizal Badudu di halaman Masjid Al Jihad Unpad kepada perwakilan TNI.
Sebelum dilepas secara militer, pihak keluarga dan Universitas Padjadjaran Bandung menyelenggarakan shalat jenazah di Masjid Al Jihad.
Selain dihadiri oleh keluarga dan kerabat, Rektor Universitas Padjadjaran Prof Tri Hanggono Achmad ikut serta dalam shalat jenazah JS Badudu di masjid tersebut.
Kemendikbud Berduka Cita
Keluarga besar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyatakan duka citanya yang mendalam atas meninggalnya Jusuf Sjarif Badudu atau JS Badudu.
"Kami atas nama Kemendikbud, atas nama Pak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan jajarannya mengucapkan turut berbelasungkawa atas kepergiaan tokoh nasional dalam bidang kebahasaan," ujar Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud, Dadang Sunendar, di Jakarta, Minggu.
Dadang mengatakan nama JS Badudu sangat disegani dalam bidang kebahasaaan tidak hanya tingkat nasional tetapi juga internasional karena kiprahnya dalam membawa marwah Bahasa Indonesia ke tingkatan yang paling tinggi.
"Beliau sangat dikagumi oleh semua pegiat bahasa dan sastra nasional dan internasional. Kita seluruh Bangsa Indonesia merasa kehilangan dengan kepergian beliau," jelas dia.
Bahkan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa sendiri berhutang banyak kepada JS Badudu karena kiprahnya dalam mempopulerkan Bahasa Indonesia.
JS Badudu dikenal masyarakat sebagai pembawa acara "Pembinaan Bahasa Indonesia" yang rutin ditayangkan oleh TVRI.
JS Badudu juga aktif menulis belasan buku dan yang paling terkenal adalah Pelik-Pelik Bahasa Indonesia, penelitian bahasa, serta sejumlah kamus Bahasa Indonesia.
Indonesia Kehilangan Pakar Bahasa Terbaikâ
Anggota DPR RI dari daerah pemilihan Provinsi Jawa Barat Popong Otje Djundjunan atau Ceu Popong mengatakan Indonesia kehilangan pakar Bahasa Indonesia terbaik atas kepergian selama-selamanya Prof Dr Jusuf Sjarif Badudu kepada Sang Pencipta.
"Jangan ditanya lagi, tentunya Indonesia sekarang berduka sekali dan kehilangan putra terbaiknya di bidang bahasa yang saat ini telah meninggalkan kita untuk selama-lamanya," kata Ceu Popong saat melayat jenazah JS Badudu di Masjid Al Jihad Universitas Padjadjaran (Unpad) Kota Bandung, Minggu.
Ia menuturkan secara objektif hampir semua orang mengakui bahwa selama hidupnya almarhum JS Badudu telah memberikan kontribusi besar terhadap bidang kebahasaan, khususnya Bahasa Indonesia.
"Beliau sudah banyak berbuat kepada orang-orang itu yang terpenting. Dan menurut pendapat Ceu Popong, makna kehidupan seseorang itu bukan panjang umurnya, tapi apakah pada saat beliau masih bersama kita manfaatnya ada atau tidak, secara objektif pasti orang mengatakan beliau berbuat banyak sesuai profesinya," kata dia.
Oleh karena itu, lanjut dia, sebagai orang yang sama-sama berkecimpung di bidang pendidikan maka sudah sepatutnya jika bangsa ini menghargai jasa-jasa JS Badudu.
"Beliau adalah orang yang patut kita hargai. Tentunya Indonesia kehilangan karena tidak banyak pakar Bahasa Indonesia terbaik," ujarnya.
Dirinya juga mengkritisi kondisi masyarakat saat ini, khususnya generasi muda yang lebih bangga menggunakan bahasa asing daripada Bahasa Indonesia.
"Sekarang kondisi memprihatinkan masyarakat lebih menghargai bahasa asing daripada Bahasa Indonesia. Boleh kita bisa atau menguasai bahasa asing tapi jangan lupakan bahasa kita sendiri," katanya.
Ia menyontohkan, larangan untuk tidak merokok di tempat umum, hotel dan rumah makan kebanyakan ditulis dalam Bahasa Inggris "No Smoking".
"Harusnya `Dilarang Merokok` baru ditulis `No Smoking`" ujar Ceu Popong. (Ant)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...