Presiden Belarusia Tidak Peduli, Meski Banyak Negara Tak Akui Pelantikannya
MINSK, SATUHARAPAN.COM-Pemimpin Belarusia, Alexander Lukashenko, menanggapi dengan menantang Uni Eropa dan Amerika Serikat yang menolak mengakui pelantikannya sebagai presiden dengan alasan pemilihan yang curang. "Mereka berteriak bahwa mereka tidak mengenali kami," kata Lukashenko pada pertemuan dengan Duta Besar China, Cui Qiming, hari Kamis (24/9).
Sejumlah negara Barat menolak untuk mengakui Lukashenko sebagai presiden, menyusul pelantikannya pada hari Rabu (23/9). Dia mengklaim telah memenangkan 80 persen suara dalam pemilihan pada 9 Agustus, meskipun ada dukungan besar untuk saingannya, Svetlana Tikhanovskaya.
Amerika Serikat menggambarkan pemilu itu sebagai "curang". Tapi Lukashenko bersikeras: "Kami tidak pernah meminta siapa pun untuk mengakui atau tidak mengakui pemilihan kami, atau untuk mengakui legitimasi presiden yang terpilih kembali atau tidak."
Pada hari Kamis, Uni Eropa mengatakan bahwa pelantikan Lukashenko untuk masa jabatan keenam sehari sebelumnya tidak memiliki "legitimasi demokratis" dan UE sedang meninjau hubungannya dengan Minsk.
Sebelumnya pada hari Rabu, Amerika Serikat dan negara-negara Eropa termasuk Jerman mengatakan mereka menolak untuk mengakui Lukashenko sebagai presiden pada negara bekas Soviet itu, karena pemilihannya tidak bebas atau adil.
Pemungutan suara yang tidak transparan termasuk beberapa hari pemungutan suara awal, sementara Belarusia gagal mengundang kelompok pengamat internasional OSCE tepat waktu.
Tuntutan Pemilu Ulang
Pihak oposisi telah menyerukan pemilihan baru yang akan diadakan sesuai dengan standar internasional.
Lukashenko, yang merupakan pemimpin otoriter yang berkuasa sejak 1994, mengatakan tentang pelantikannya bahwa "hal utama adalah bahwa ini harus sesuai dengan konstitusi negara kita. Dan jika mereka melihat kontradiksi, biarkan mereka mengatakannya."
Lukashenko juga menanggapi kritik atas keputusannya yang mengadakan pelantikannya tanpa pengumuman sebelumnya dan tanpa liputan televisi langsung, sebagai langkah nyata untuk mencegah berkumpulnya pengunjuk rasa.
Orang kuat Belarusia itu mengatakan bahwa iring-iringan mobilnya melewati kota dan sekitar 2.000 orang diundang ke upacara, termasuk militer, dengan mengatakan alasan "tidak ada rahasia".
Beberapa ribu pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan Minsk pada hari Rabu malam dan kementerian dalam negeri mengatakan polisi menahan 252 demonstran di ibu kota itu. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
RI Resmi Tetapkan PPN 12 Persen Mulai 1 Januari 2025
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Indonesia resmi menetapkan kenaikan tarif Pajak Pertambahan Ni...