Presiden Israel mengakui Kesalahan Atas Pembantai di Kafr Qassem
KAFR QASSEM, SATUHARAPAN.COM - Presiden Israel, Reuven Rivlin, hari Minggu (26/10) mengakui kesalahan Israel ketika membunuh 47 warga Arab Israel tahun 1956, sambil menyerukan untuk menciptakan ketenangan di tengah kerusuhan yang muncul di Yerusalem timur dan Tepi Barat.
Rivlin berbicara pada upacara peringatan bagi korban pembantai pada 1956 di Kafr Qassem, di mana pasukan Israel membunuh 47 warga Arab Israel karena melanggar jam malam pada masa perang. Pengakuannya itu menjadikan dia presiden Israel pertama yang menghadiri acara tersebut dan meminta maaf.
"Sebuah kejahatan yang mengerikan itu dilakukan di sini," kata dia. "Pembunuhan brutal di Kafr Qassem merupakan bab anomali dan kesedihan dalam sejarah hubungan antara Arab dan Yahudi yang tinggal di sini," kata dia seperti dikutip AFP.
"Saya datang ke sini hari ini, khususnya selama hari-hari sulit tangan saya menjangkau, dengan keyakinan, bahwa tangan Anda terbukan bagi saya dan pada gilirannya kepada masyarakat Yahudi," kata Presiden.
Sejak pembunuhan seorang remaja Palestina oleh ekstrimis Yahudi Juli lalu, Israel membombardir Gaza. Bentrokan intensif selama 50 hari di Gaza selama musim panas membunuh lebih dari 2.200 warga Palestina dan lebih dari 12.000 orang lainnya terluka.
Kafr Qassem terletak di pusat Israel, berdekatan dengan Tepi Barat. Pada tahun 1956, wilayah itu di bawah kekuasaan militer, dan pada tanggal 29 Oktober, hari pertama Agresi Tripartit, polisi di perbatasan Israel menembak warga yang tidak mengetahui jam malam telah diberlakukan. Tembakan itu membunuh orang-orang yang pulang dari bekerja di ladang, termasuk perempuan dan anak-anak.
Warga Arab di Israel sekitar 1,4 juta jiwa, yang merupakan sekitar 20 persen dari penduduk Israel. Mereka adalah keturunan dari sekitar 160.000 orang Arab Palestina yang tetap tinggal di tanah mereka ketika negara Yahudi didirikan pada tahun 1948.
"Saya tidak naif," kata Rivlin. "Kami memilik dua negara, yang mimpi dan aspirasinya, untuk sebagian besar bertentangan satu sama lain."
"Banyak orang Arab Israel, yang merupakan bagian dari rakyat Palestina, merasakan sakit dan saudara-saudara mereka menderita... Banyak dari mereka menghadapi rasisme dan arogansi dari orang-orang Yahudi," kata Presiden Israel.
"Populasi Arab di Israel, dan para pemimpin Arab di Israel, harus mengambil sikap yang jelas terhadap kekerasan dan terorisme," kata Rivlin menekankan.
Kasus pembantai Kafr Qassem menjadi bahan pelajaran dalam sistem pendidikan Israel yang merupakan kasus perintah militer ilegal yang harus ditolak oleh tentara.
Cara Telepon ChatGPT
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perusahaan teknologi OpenAI mengumumkan cara untuk menelepon ChatGPT hing...