Presiden Tekankan Penanaman Pohon untuk Atasi Perubahan Iklim
PARE-PARE, SATUHARAPAN.COM - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menekankan pentingnya gerakan penanaman pohon dalam rangka mengatasi dampak perubahan iklim yang dinilai telah mengglobal.
"Kenapa kita harus rajin menanam pohon? Supaya tidak terjadi longsor, tidak banjir, tersedia oksigen, dan mengurangi pemanasan global," kata Presiden dalam acara penanaman pohon Aju Pallapi di Kota Pare-Pare, Sulawesi Selatan, Kamis (20/2) pagi.
Presiden memaparkan kepada para siswa yang menghadiri acara tersebut bahwa menanam dan memelihara pohon akan menjaga ketersediaan pangan dan juga ketersediaan cadangan air tanah.
"Longsor menjadi bisa dicegah, baik untuk kehidupan kita, sehingga baik untuk masa depan Indonesia," ujarnya.
Sebelumnya, Bank Dunia menekankan pentingnya pembangunan kota rendah karbon yang berguna untuk mengantisipasi fenomena perubahan iklim yang dapat mengancam seperti terjadinya banjir dan bencana alam lainnya di berbagai negara.
"Membangun kota rendah karbon adalah sangat penting," kata Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim.
Menurut dia, bila kota-kota di seluruh dunia mengambil langkah menuju jalan pengembangan rendah karbon, maka tingkat emisi gas rumah kaca akan berkurang hingga 10 giga ton, atau setara 30 persen emisi dunia.
Ia memaparkan, bila dunia tidak bertindak tegas sekarang, maka planet yang semakin memanas itu akan menurunkan kesejahteraan dari jutaan orang dan menghambat pembangunan hingga beberapa dekade.
Bank Dunia berfokus pada beberapa hal antara lain membangun kota rendah karbon, bergerak menuju pertanian yang ramah iklim, serta mempercepat efisiensi energi dan investasi dalam energi terbarukan.
Sementara itu, Kelompok Studi Pusat Perubahan Iklim Indonesia (ICCC) meyakini pembangunan sistem pembangkit yang handal dapat mengatasi masalah masih rendahnya ketersediaan listrik di daerah-daerah terpencil.
"Solusi yang tepat untuk pasokan listrik 24 jam sepanjang tahun adalah sistem pembangkit yang handal," kata Koordinator Strategi Pembangunan Rendah Emisi ICCC, Artissa Panjaitan, di Jakarta, Rabu (15/1).
Menurut Artissa, salah satu kriteria sistem pembangkit yang handal adalah menggunakan bahan bakar gas atau cair yang dihasilkan di sekitar lokasi fasilitas pembangkit.
Pasokan listrik yang stabil bagi daerah-daerah terpencil juga diyakini dapat menjadi faktor pendorong pembangunan serta pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. (Ant)
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...