Presiden Terus Monitor Rupiah, Perdagangan pada Black Friday Bervariasi
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terus memonitor perkembangan nilai tukar rupiah dan aktivitas regional seiring dengan pelemahan mata uang rupiah terhadap dolar AS beberapa waktu terakhir. Di sisi lain, saham-saham di Wall Street berakhir bervariasi pada sesi perdagangan dipersingkat Jumat (Sabtu (30/11) pagi WIB), meskipun beberapa pernyataan awal oleh peritel melaporkan keberhasilan peluncuran musim belanja liburan yang penting.
“Presiden terus memonitor nilai tukar rupiah, perkembangan aktivitas ekonomi regional, dan ... terus meminta para menteri fokus bekerja untuk menyukseskan reformasi struktural, yang tidak hanya terkait nilai tukar rupiah, namun juga memberikan stimulus kepada dunia usaha, serta mempertahankan daya beli masyarakat,” kata Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi dan Pembangunan Firmanzah di Jakarta, Jumat malam (29/11).
Pemerintah, kata dia, tetap melakukan koordinasi dengan otoritas moneter, pengawas industri keuangan, penjamin simpanan dan Bank Indonesia.
Sebelumnya Menteri Keuangan Chatib Basri mempercayakan upaya stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, yang mengalami pelemahan dalam beberapa hari terakhir, sepenuhnya kepada Bank Indonesia sebagai otoritas moneter.
Chatib mengatakan apa pun kebijakan yang diambil oleh Bank Indonesia terkait pelemahan rupiah, akan membantu menciptakan sentimen positif kepada para pelaku pasar.
Menurut dia, nilai rupiah tidak akan terlalu lama mengalami pelemahan, dan dalam jangka waktu singkat, rupiah akan kembali menguat untuk mencerminkan kondisi fundamental perekonomian saat ini.
Chatib juga mengatakan nilai rupiah akan kembali relatif stabil, setelah pengumuman Badan Pusat Statistik (BPS) terkait angka laju inflasi dan neraca perdagangan pada Senin (2/12) yang diprediksi makin membaik.
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, pada Jumat pagi, belum bergerak nilainya atau stagnan di posisi Rp 12.018 per dolar AS, meskipun sempat menguat 46 poin menjadi Rp 11.981 per dolar AS.
Menkeu: Rupiah Relatif Lebih Baik
Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan nilai rupiah terhadap dolar AS relatif lebih baik, setelah pada penutupan Jumat sore, kembali berada di area positif atau menguat ke posisi Rp 11.965 per dolar AS.
“Hari ini rupiah relatif lebih baik namun situasi ini tetap harus diwaspadai,” katanya di Jakarta, Jumat malam (29/11).
Chatib mengatakan dalam beberapa hari terakhir sempat terjadi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, namun pemerintah dan Bank Indonesia selalu berkoordinasi untuk menyikapi kondisi tersebut.
Menurut dia, ada dua penyebab yang menyebabkan depresiasi rupiah tersebut yaitu kekhawatiran atas “tapering off” dan peningkatan permintaan valas rutin menjelang akhir tahun.
Ia menjelaskan kekhawatiran atas penarikan stimulus moneter dari The Fed (Bank Sentral AS) merupakan faktor eksternal, yang selain rupiah, telah menyebabkan pelemahan mata uang di negara Asia lainnya.
“Kemarin tidak hanya rupiah yang mengalami pelemahan, namun termasuk juga Peso (Filipina) dan Baht (Thailand),” katanya.
Namun kata dia, permintaan valas yang meningkat merupakan faktor internal akibat tingginya kewajiban pembayaran bunga utang dari korporasi menjelang akhir tahun.
“Menjelang akhir tahun perusahaan harus melakukan kewajiban pembayaran utang dan kemungkinan pembayaran impor, sehingga per November yang harus dibayar besarnya mencapai 6,3 miliar dolar,” jelasnya.
Menurut Chatib, dalam menghadapi volatilitas rupiah saat ini, salah satu upaya yang dapat dilakukan pemerintah adalah dengan menekan defisit neraca transaksi berjalan.
Untuk itu, lanjut dia, implementasi paket kebijakan ekonomi yang telah terbit pada Agustus dan paket kebijakan ekonomi baru yang segera diumumkan pada Desember, menjadi penting.
“Implementasi paket kebijakan sangat penting, kita gembira `progress` terkait paket kebijakan cukup baik. Minggu depan, kita terbitkan PMK berkaitan dengan impor, PPh pasal 22 dan fasilitas KITE untuk peningkatan ekspor,” kata Chatib.
Mata uang rupiah terhadap dolar AS, Jumat sore, kembali berada di area positif atau menguat ke posisi Rp 11.965 per dolar AS dari posisi sebelumnya Rp 12.027 per dolar AS, meski dibayangi isu defisit neraca transaksi berjalan Indonesia.
Wall Street Bervariasi pada Sesi Perdagangan Singkat “Black Friday”
Dalam perdagangan internasional, saham-saham di Wall Street berakhir bervariasi pada sesi perdagangan dipersingkat Jumat (Sabtu (30/11) pagi WIB), meskipun beberapa pernyataan awal oleh peritel melaporkan keberhasilan peluncuran musim belanja liburan yang penting.
Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 10,92 poin (0,07 persen) menjadi 16.086,41.
Indeks berbasis luas S&P 500 turun 1,42 poin (0,08 persen) menjadi 1.805,81, sedangkan indeks komposit teknologi Nasdaq naik 15,14 poin (0,37 persen) menjadi 4.059,89.
Raksasa ritel Wal-Mart Stores dan Target keduanya melaporkan “rekor” pembukaan belanja akhir pekan penting “Black Friday”, yang memulai periode musim belanja liburan. “Black Friday” adalah periode antara Thanksgiving dan Tahun Baru untuk sekitar 20 persen dari penjualan tahunan sektor ritel.
Meskipun komentar-komentar positif, para analis telah menyatakan kekhawatiran bahwa keuntungan di antara para pengecer mungkin menderita karena promosi pasar yang hiper-kompetitif, di mana pengecer memotong harga untuk mencoba memikat konsumen yang kikir dalam ekonomi yang tumbuh rendah.
Saham-saham ritel memiliki hari bervariasi. Walmart naik 0,1 persen, Gap naik 0,5 persen dan JC Penney bertambah 1,1 persen, sedangkan Target merosot 0,8 persen dan Macy kehilangan 0,5 persen.
Saham teknologi terus bergerak naik setelah Nasdaq ditutup di atas 4.000 pada awal pekan ini untuk pertama kalinya dalam 13 tahun. Apple melonjak 1,9 persen, komponen Dow, Microsoft naik 1,4 persen dan eBay bertambah 2,5 persen.
Raksasa pertanian Archer Daniels Midland turun 3,0 persen setelah Australia menolak usulannya pengambilalihan perusahaan gandum Graincorp senilai 2,7 miliar dolar AS.
Menteri Keuangan Australia Joe Hockey mengatakan sektor itu masih bergerak menuju persaingan yang lebih kuat dan bahwa pengambilalihan oleh asing atas perusahaan penanganan gandum terbesar di Australia timur itu dapat merusak dukungan publik untuk asing investasi pada umumnya.
Produsen minyak dan gas Pioneer Natural Resources turun 0,7 persen setelah mengumumkan bahwa cuaca buruk memaksanya untuk memangkas produksi di sejumlah besar proyek Perusahaan mengatakan sebuah “periode pemulihan yang luas diharapkan” dan bahwa penghentian pekerjaan tidak diperhitungkan dalam perkiraan sebelumnya.
Fortinet, sebuah perusahaan keamanan teknologi, jatuh 12,9 persen setelah pada malam hari libur Thanksgiving mengumumkan bahwa direktur keuangannya (CFO) Ahmed Rubaie akan mundur karena “alasan pribadi”.
Harga obligasi tidak berubah. Imbal hasil pada obligasi 10-tahun AS bertahan stabil pada 2,74 persen, tingkat yang sama seperti Rabu, sementara pada obligasi 30-tahun datar pada 3,81 persen. Harga dan imbal hasil obligasi bergerak terbalik. (AFP/Ant)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...