Presiden Turki Berbicara dengan Hamas untuk Pembebasan Tawanan Israel
ICRC kontak Hamas dan Israel untuk merundingkan tawanan dan sandera.
ANKARA, SATUHARAPAN.COM-Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, telah meluncurkan proses negosiasi dengan Hamas untuk pembebasan tawanan Israel yang diambil oleh militan Palestina, kata sebuah sumber resmi kepada AFP pada hari Rabu (11/10).
“Mereka sedang bernegosiasi untuk menjamin pembebasan para tawanan,” kata sumber itu, membenarkan laporan saluran TV swasta Haberturk.
Lusinan orang telah ditawan selama serangan mendadak Hamas terhadap Israel.
Erdogan, yang menawarkan diri menjadi penengah untuk memulihkan perdamaian, telah meningkatkan pembicaraan dengan rekan-rekannya di Timur Tengah.
Hari Rabu malam ia berbicara dengan Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, dan Presiden Aljazair, Abdelmadjid Tebboune, kantor berita negara Anadolu melaporkan.
Laporan tersebut mengutip Erdogan yang mengatakan bahwa atas nama Turki, “kami siap melakukan segala daya kami”, termasuk mediasi dan “arbitrase yang adil” untuk mengakhiri konflik dengan cepat.
Sebelumnya, sumber mengatakan kepada Ahram Online, bahwa Mesir mengerahkan upaya untuk memfasilitasi kesepakatan pertukaran tahanan antara Israel dan Hamas. Namun, sumber tersebut menambahkan, "Situasinya masih sangat sensitif dan kompleks, dan keberhasilan upaya ini tidak pasti."
ICRC Kontak Israel dan Hamas
Sementara itu, Komite Palang Merah Internasional (ICRC) sedang melakukan kontak dengan Hamas dan Israel untuk mencoba merundingkan pembebasan tawanan yang dibawa ke Gaza, kata kelompok itu pada Kamis (12/10).
Setidaknya 150 warga Israel dan orang asing telah ditawan Hamas di Jalur Gaza sejak serangan mendadak Hamas pada hari Sabtu (7/10) terhadap Israel.
“Sebagai perantara yang netral, kami siap melakukan kunjungan kemanusiaan, memfasilitasi komunikasi antara sandera dan anggota keluarga, dan memfasilitasi pembebasan apa pun pada akhirnya,” kata Fabrizio Carboni, direktur regional ICRC untuk Timur Dekat dan Tengah, dalam sebuah pernyataan.
Penyanderaan dilarang berdasarkan hukum kemanusiaan internasional, dan siapa pun yang ditahan harus segera dibebaskan, tambah Carboni. ICRC mendesak “kedua belah pihak untuk mengurangi penderitaan warga sipil”.
Sebagai pembalasan atas serangan hari Sabtu, Israel tanpa henti menggempur Gaza dan melakukan pengepungan total terhadap wilayah miskin berpenduduk lebih dari 2,3 juta orang, memutus pasokan air, listrik, dan bahan bakar.
Hamas mengklaim bahwa empat tawanan tewas dalam serangan Israel dan mengancam akan membunuh lainnya jika sasaran sipil dibom tanpa peringatan terlebih dahulu.
Perang tersebut telah merenggut ribuan nyawa di kedua belah pihak sejak Sabtu. “Penderitaan manusia akibat eskalasi ini sangat mengerikan,” kata Carboni.
Ketika Gaza kekurangan listrik, “rumah sakit kehilangan aliran listrik, menempatkan bayi baru lahir di inkubator dan pasien lanjut usia yang mendapat oksigen dalam bahaya. Dialisis ginjal berhenti, dan rontgen tidak dapat dilakukan,” tambahnya.
Tanpa listrik, rumah sakit berisiko berubah menjadi kamar mayat.
Air minum, yang sudah sulit diakses, juga semakin langka. “Tidak ada orang tua yang mau dipaksa memberikan air kotor kepada anaknya yang haus,” katanya.
Lebih dari 338.000 orang terpaksa meninggalkan rumah mereka di Gaza, menurut PBB. Pada saat yang sama, Uni Eropa menyerukan “koridor kemanusiaan” yang memungkinkan warga sipil melarikan diri dari perang kelima di Gaza dalam 15 tahun terakhir. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...