Presiden: Ukraina Telah Kembangkan Senjata untuk Serangan Jarak Jauh
KIEV, SATUHARAPAN.COM-Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, pada Kamis (31/8) mengatakan negaranya telah mengembangkan senjata yang dapat mencapai sasaran sejauh 700 kilometer (400 mil), merujuk pada serangan hari sebelumnya di bandara di Rusia barat.
Zelenskyy mengatakan di saluran Telegramnya bahwa senjata tersebut diproduksi oleh Kementerian Industri Strategis Ukraina, tetapi tidak memberikan rincian lainnya.
Pada hari Rabu, gelombang drone selama empat jam yang menurut Moskow dilakukan oleh Ukraina, menghantam bandar udara dekat perbatasan Rusia dengan Estonia dan Latvia, merusak empat pesawat angkut militer Il-76, menurut laporan lokal.
Bandara ini berada di wilayah Pskov Rusia, sekitar 700 kilometer (400 mil) utara perbatasan Ukraina.
Secara keseluruhan, enam wilayah Rusia menjadi sasaran serangan di tengah perang yang telah berlangsung selama 18 bulan tersebut.
Associated Press tidak dapat memastikan apakah drone tersebut diluncurkan dari Ukraina atau di dalam Rusia.
Para pejabat Kiev biasanya tidak mengklaim atau menyangkal tanggung jawab atas serangan di wilayah Rusia, meski terkadang mereka merujuk secara tidak langsung pada serangan tersebut. Pernyataan Zelensky adalah petunjuk paling jelas bahwa Ukraina berada di balik serangan tersebut.
Serangan itu memaksa penutupan bandara Pskov, meskipun dibuka kembali pada hari Kamis, menurut pejabat transportasi Rusia.
Drone lain yang dicegat semalam di dekat Moskow mengakibatkan penundaan penerbangan di beberapa bandara di sekitar ibu kota Rusia, kata para pejabat pada Kamis. Tidak ada korban luka yang dilaporkan.
Sementara itu, kantor berita Interfax melaporkan bahwa dinas keamanan membunuh dua orang dan menahan lima anggota kelompok sabotase Ukraina di wilayah perbatasan Bryansk pada hari Rabu.
Drone Ukraina yang menjangkau jauh ke Rusia dan misi sabotase lintas batas adalah bagian dari upaya Kiev untuk memberikan tekanan domestik terhadap Kremlin, baik secara militer maupun politik. Sementara itu, serangan balasan Ukraina yang diluncurkan pada bulan Juni telah menggerogoti beberapa bagian garis depan, klaim para pejabat Kiev.
Ukraina bertujuan untuk “mengikis moral Rusia dan meningkatkan tekanan terhadap para komandannya,” kata Institut Internasional untuk Studi Strategis, sebuah lembaga pemikir, dalam sebuah penilaian.
Strateginya adalah “membawa pasukan Rusia ke titik kritis di mana kekuatan tempur dan moral mungkin mulai hancur,” kata IISS dalam analisisnya pada Rabu malam. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...