Pria Israel Didakwa Karena Melacak Ilmuwan Nuklir Yang Ingin Dibunuh Iran
Pasangan Israel juga ditangkap karena dicurigai menjadi mata-mata untuk Iran; pasangan itu diduga mengumpulkan informasi rahasia tentang Mossad, diminta untuk menemukan pembunuhnya
YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM-Kantor Kejaksaan Negara Israel mengajukan dakwaan terhadap Asher Binyamin Weiss, seorang penduduk Bnei Brak, atas dugaan bahwa ia telah bertindak atas nama Iran dengan melacak seorang ilmuwan nuklir Israel yang ingin dibunuh oleh rezim Iran.
Weiss telah didakwa atas tuduhan melakukan kontak dengan agen asing, memberikan informasi kepada musuh, dan menghalangi keadilan.
Menurut dakwaan tersebut, Weiss menggunakan kamera GoPro untuk merekam video rumah dan mobil ilmuwan tersebut. Agen Iran tersebut mengirimkan rekaman video tersebut kepada seorang pemuda dari Yerusalem Timur yang ditugaskan untuk membunuh ilmuwan tersebut.
Dakwaan tersebut, yang diajukan pekan lalu ke Pengadilan Distrik Tel Aviv, juga mencakup rincian tindakan pembakaran dan grafiti yang dilakukan oleh Weiss, serta memasang ratusan poster yang menyerukan pemberontakan sipil.
Sepasang suami istri dari Lod juga telah ditangkap atas dugaan mata-mata untuk Teheran, kata Shin Bet dan polisi, yang merupakan kasus terbaru dari sejumlah kasus dugaan mata-mata untuk Teheran yang terungkap dalam beberapa pekan terakhir.
Para pejabat mengatakan salah satu dari pasangan itu ditugaskan untuk menemukan seorang pembunuh atas nama orang-orang Iran yang menanganinya.
Menurut pernyataan tersebut, Rafael dan Lala Guliyev, keduanya berusia sekitar 32 tahun, melakukan misi pengumpulan intelijen di lokasi keamanan dan infrastruktur nasional, serta melacak seorang akademisi di sebuah lembaga pemikir keamanan dengan maksud untuk mencelakainya.
Rafael Guliyev diduga juga diminta untuk menemukan seorang pembunuh. Pasangan itu dikatakan telah direkrut sebagai bagian dari jaringan Iran yang merekrut warga Israel yang merupakan bagian dari komunitas imigran dari wilayah Kaukasus.
Pasangan itu dikatakan telah direkrut oleh seorang Israel asal Azerbaijan.
Menurut pejabat keamanan, Rafael Guliyev melakukan tugas pengawasan di lokasi keamanan di Israel, termasuk markas besar Mossad, dan mengumpulkan informasi tentang seorang akademisi yang bekerja di Institut Studi Keamanan Nasional (INSS).
Ia disebut-sebut dibantu oleh istrinya dalam sejumlah misi. Pernyataan tersebut tidak mengungkap apakah pasangan tersebut diyakini termotivasi oleh alasan finansial atau ideologis.
Seorang pejabat Shin Bet mengatakan penyelidikan tersebut mengungkap "sekali lagi upaya badan intelijen Iran untuk merekrut dan mengeksploitasi warga Israel guna mendukung kegiatan spionase dan teroris di Israel." (ToI)
Editor : Sabar Subekti
Awas Uang Palsu, Begini Cek Keasliannya
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Peredaran uang palsu masih marak menjadi masalah yang cukup meresahkan da...