Probiotik Tunjukkan Potensi untuk Tingkatkan Suasana Hati
KANADA, SATUHARAPAN.COM – Sebuah studi menyiratkan bahwa probiotik, atau yang dikenal sebagai bakteri “baik” yang membantu pencernaan, kemungkinan juga bermanfaat untuk meredakan gejala depresi. Temuan yang ada menambah bukti bahwa apa yang terjadi di pencernaan juga dapat mempengaruhi otak.
Sekitar 300 hingga 500 spesies bakteri hidup di usus manusia, banyak di antaranya yang membantu pencernaan dan fungsi saluran pencernaan.
Para pakar mengatakan, beberapa dari bakteria ini menghasilkan protein yang berkomunikasi dengan otak.
Bakteri tidak hanya berperan dalam membantu untuk mengkoordinasikan respons saraf yang mengatur sistem pencernaan, kata para ilmuwan, namun semakin banyak bukti yang muncul bahwa bakteri di usus dapat juga mempengaruhi susasana hati seseorang.
Premysl Bercik, ahli sistem pencernaan di McMaster University di Ontario, Kanada, meneliti apa yang ia sebut poros mikrobiota-usus-otak, atau komunikasi antara usus dan otak lewat jutaan bakteri yang hidup di saluran pencernaan.
Bercik mengatakan, antara 40 hingga 90 persen orang dengan sindrom gangguan saluran pencernaan, sebuah gangguan usus akibat kecemasan, juga berusaha untuk mengatasi kecemasan dan depresi.
Penelitian yang dipimpin Bercik menyiratkan bakteri di usus itu sendiri mungkin dapat mempengaruhi suasana hati.
Pada studi awal yang dilakukan Bercik terhadap 44 pasien yang menderita gangguan saluran pencernaan dan gangguan kecemasan atau depresi dari tingkat ringan hingga sedang, setengah dari pasien tersebut diberikan dosis probiotik harian, bakteri usus yang bermanfaat yang disebut Bifidobacterium longum, dan setengahnya lagi diberikan plasebo. Para peserta kemudian diamati selama 10 pekan.
“Apa yang kita temukan dari para pasien yang diberi perlakuan dengan bakteri probiotik adalah gejala gangguan pencernaannya membaik, namun, sama mengejutkannya, angka depresi mereka berkurang, maknanya suasana hatinya juga membaik. Dan ini dihubungkan juga dengan perubahan dalam pencitraan otak.” kata Bercik, pada Kamis (25/5), yang dilansir situs voaindonesia.com.
Di awal studi, skor untuk tingkat depresi dan kecemasan pasien dicatat. Pasien juga menjalani pencitraan otak dengan peralatan canggih untuk melihat struktur yang diaktivasi sebagai respons terhadap gambaran kebahagiaan atau kesedihan.
Setelah enam minggu, 64 persen pasien yang diberi probiotik mengalami penurunan dalam skor tingkat depresi dibandingkan 32 persen pasien yang diberi plasebo.
Ronde kedua pencitraan menunjukkan perubahan di beberapa bagian otak yang terkait dengan pengendalian suasana hati pada pasien yang merasa lebih baik. Sementara gejala gangguan saluran pencernaan dari para peserta membaik.
Bercik mengatakan secara statistik derajatnya tidak signifikan, yang menyiratkan probiotik kemungkinan telah membuat gejala kecemasan dan depresi tidak terkait dengan perbaikan gejala gangguan pencernaan. Hasil dari studi ini dipublikasikan pada jurnal Gastroenterology.
Bercik mengatakan, studi yang lebih intensif dibutuhkan untuk menegaskan temuan-temuan yang ada.
"Meskipun demikian, saya rasa hal tersebut menunjukkan potensi yang besar," katanya. "Maksud saya berbagai perawatan yang baru, tidak hanya pasien dengan gejala gangguan fungsi pencernaan seperti sindrom gangguan usus besar, namun juga dapat menawarkan beberapa perawatan jenis baru untuk pasien-pasien dengan gangguan psikiatrik primer seperti depresi atau gangguan kecemasan."
B longum dikembangkan oleh Nestle, sebuah perusahaan makanan dan minuman asal Swiss, yang mendanai studi.
Secara komersial bakteri probiotik ini belum tersedia. Meskipun demikian, Bercik mengatakan, ada kemungkinan probiotik lain yang ditemukan di usus memiliki potensi untuk meningkatkan suasana hati. Dan ia tidak berhenti di sana, Bercik mengatakan ia memimpikan sebuah obat yang dipersonalisasikan dengan menggunakan teknik pengurutan genome, untuk menciptakan profil microbiome individual, yang dapat diubah dengan probiotik oral untuk tingkat kesehatan maksimum.
Editor : Sotyati
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...