Produk Pertanian Rentan Kondisi Lingkungan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – “Hingga tahun 2050, kebutuhan pangan diprediksi meningkat 70 persen dibandingkan saat ini. Kebutuhan energi diperkirakan meningkat 36 persen. Untuk itu dibutuhkan teknologi penanganan pangan segar dan pengolahan hasil pertanian yang baru dan canggih," kata Rudy Tjahjohutomo, Kepala Balai Besar Pascapanen Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Ia berbicara pada acara Internasional Conference on Agricultural Postharvest and Processing, Selasa (19/11).
Selama ini pengembangan produk pertanian dicurigai merusak lingkungan. Tetapi, sebenarnya kapasitas produk pertanian juga sangat dipengaruhi kondisi lingkungan. Misalnya, Akibat erupsi Gunung Sinabung, harga tomat menurun dari Rp 5.000/kg menjadi Rp.3.000/kg. Juga, produksi jagung mekar yang biasa dikirim ke sejumlah daerah seperti Jakarta, Kalimantan dan Sumatera tersebut mengalami penurunan sekitar 60 persen dari 1 ton menjadi 40 kuintal per hari menyusul datangnya musim hujan yang menghambat proses pengeringan
Untuk itu perlu mengembangkan teknologi guna memenuhi kebutuhan pangan di masa depan. Teknologi yang dimaksud harus memberikan solusi yang efektif dalam mengelola pangan. Saat ini antara lain dibutuhkan teknologi pengolahan pangan, pengolahan limbah pertanian, manajemen pascapanen, keamanan pangan dan lainnya.
Petani menurut dia mutlak butuh bimbingan agar bisa mendapatkan nilai tambah dari produk yang dihasilkan. Misalnya, petani tomat bisa diajari caranya mengawetkan, mengemas dan memasarkan jus tomat. Minimal, dengan cara ini petani tidak akan kekurangan pangan untuk keluarganya sendiri. (Ant)
Duta Besar: China Bersedia Menjadi Mitra, Sahabat AS
BEIJING, SATUHARAPAN.COM-China bersedia menjadi mitra dan sahabat Amerika Serikat, kata duta besar C...