Produksi Coklat Malaysia Anjlok Setelah RI Terapkan Pajak Ekspor
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Produksi coklat olahan Malaysia terjun ke tingkat terendah dalam satu dekade terakhir setelah pasok biji coklat dari Indonesia berkurang. Berkurangnya pasok tersebut dikarenakan adanya kebijakan pajak ekspor yang diterapkan Indonesia dan munculnya pabrik-pabrik coklat yang baru.
Menurut data Dewan Coklat Malaysia, coklat yang diolah menjadi krim dan bubuk oleh negara itu turun 14 persen menjadi 244.423 metrik ton tahun 2014.
Proses pengolahan coklat di negeri itu juga turun 19 persen dalam empat tahun terakir. Di sisi lain, pertumbuhannya di Indonesia justru mencapai lebih dari 60 persen, menurut data KnowledgeCharts, sebuah unit dari Commodity Risk Analysis, di Bethlehem, Pennsylvania.
Bloomberg melaporkan, pengolahan coklat di Malaysia anjlok setelah Indonesia menerapkan kebijakan pajak ekspor atas biji coklat. Kebijakan ini dimaksudkan untuk mendorong industri pengolahan coklat di dalam negeri, yang selama ini kesulitan bahan baku karena lebih banyak diperuntukkan bagi pasar ekspor..
Dua pabrik coklat baru masing-masing milik Olam International Ltd (OLAM) dan Cargill Inc juga telah beroperasi. Produk-produk mereka terutama dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan domestik.
"Sumber utama pasok colkat (Malaysia) adalah dari Indonesia yang menjadi lebih langka dan lebih mahal," kata Laurent Pipitone, direktur ekonomi dan statistik ICCO. Melemahnya permintaan untuk produk-produk coklat belakangan ini juga telah memukul industri.
Sebagai produser terbesar hingga awal 1990-an, Malaysia pada musim lalu hanya memanen sektitar 4.000 metrik ton, menurut perkiraan International Cocoa Organization
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...