Profesor di Universitas Jepang Ditahan China atas Tuduhan Mata-mata
BEIJING, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria China yang bekerja sebagai profesor pada sebuah universitas di Jepang dilaporkan telah mengakui melakukan kegiatan mata-mata dan ditahan di negara asalnya, kata Kementerian Luar Negeri China, hari Kamis (26/3).
Yuan Keqin, nama pria itu, diselidiki atas dugaan spionase dan telah "mengakui fakta kejahatan", juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang, mengatakan pada konferensi pers, dikutip AFP.
Geng menanggapi pertanyaan dari media Jepang tentang seorang profesor di Universitas Pendidikan Hokkaido yang menghilang setelah bepergian ke China pada Juni lalu.
Yuan kembali ke China untuk menghadiri pemakaman anggota keluarga, dan tidak berhubungan lagi sejak itu, kata kantor berita Jepang, Kyodo, melaporkan pada bulan Desember.
Geng tidak mengkonfirmasi secara rinci tentang latar belakang Yuan, tetapi mengatakan ada "bukti yang tidak diragukan" tentang kesalahannya. Dia menambahkan bahwa kasusnya telah dilimpahkan ke pihak berwenang untuk diperiksa dan dituntut.
Sekelompok peneliti Jepang juga telah mengeluarkan permohonan darurat untuk profesor tersebut, yang berspesialisasi dalam sejarah politik Asia Timur, menurut Kyodo.
Selain Yuan, seorang pria Jepang lain juga ditahan oleh Beijing, yang dilaporkan juga dicurigai sebagai spionase. Dia dibebaskan dan kembali ke negara itu, kata pejabat pemerintah di Tokyo pada November lalu. Media Jepang mengidentifikasi dia sebagai profesor dari Universitas Hokkaido.
Beijing mengatakan pria itu, yang diidentifikasi sebagai Nobu Iwatani, telah mengaku mengumpulkan informasi rahasia dari China. Negara ini juga menahan enam warga Jepang atas tuduhan "kegiatan ilegal" pada 2017.
Editor : Sabar Subekti
Hamas Setuju Rancangan Perjanjian Gencatan Senjata di Gaza d...
JALUR GAZA, SATUHARAPAN.COM-Hamas telah menerima rancangan perjanjian untuk gencatan senjata di Jalu...