Program Pemburu Ibu Hamil Berisiko Tinggi di Banyuwangi Raih Penghargaan Dunia
BANYUWANGI, SATUHARAPAN.COM – Lagi, Banyuwangi raih penghargaan. Kali ini, tingkat dunia.
Program menekan angka kematian ibu saat melahirkan di Kabupaten Banyuwangi, berhasil mencuri perhatian di forum Open Government Partnership (OGP) Asia-Pacific Regional Meeting, yang digelar pada 5-6 November di Seoul, Korea Selatan. Program pembentukan Laskar Stop Angka Kematian Ibu dan Anak (Sakina) dari Puskesmas Sempu, Banyuwangi, dinobatkan sebagai “The Most Interested Innovation” dalam forum yang diikuti inovator dari 79 negara di wilayah Asia-Pasifik, termasuk dari Indonesia yang diwakili oleh Banyuwangi.
“Kami berharap prestasi ini menyuntikkan semangat kepada puskesmas dan berbagai institusi lain di Banyuwangi untuk terus berinovasi dan berkreativitas,” kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, seperti dilansir situs resmi banyuwangikab.go.id.
Program Laskar Sakina berisi beragam program untuk menekan angka kematian ibu dan anak. Laskar tersebut beranggotakan kader kesehatan, guru, tokoh agama, tokoh masyarakat, PKK, hingga aparat kepolisian.
Di lapangan, Laskar Sakina mendata kesehatan ibu, terutama ibu hamil berisiko tinggi. Ibu hamil itu kemudian didampingi, dikumpulkan dalam jambore ibu hamil, hingga dilakukan antar-jemput di masing-masing rumah. Sasaran utama program adalah ibu hamil berisiko tinggi dengan kriteria antara lain berusia kurang dari 20 tahun dan di atas 35 tahun, jarak kelahiran anak yang terlalu dekat, memiliki riwayat hipertensi, dan tinggi badan kurang dari 150 cm.
Dalam perjalanannya, program ini kemudian melibatkan para pedagang sayur keliling (mlijo) yang ditugaskan mencari, menemukan, dan melaporkan ibu hamil baru dengan risiko tinggi di wilayah mereka berjualan. Para penjual sayur dilibatkan karena mereka bekerja sampai ke pelosok kampung serta berinteraksi langsung dengan masyarakat.
“Hal ini penting, karena banyak kasus tingginya kematian ibu dan bayi disebabkan oleh kehamilan yang berisiko. Kalau hanya mengandalkan tenaga bidan puskesmas, sangat tidak mungkin karena jumlahnya terbatas, sementara wilayah kerjanya luas. Dan ternyata, pelibatan mlijo ini justru yang dianggap menarik oleh OGP karena update data bisa didapatkan setiap hari,” kata Anas.
Kepala Puskesmas Sempu Hadi Kusaeri menambahkan, untuk menjalankan tugasnya, para penjual sayur dibekali fasilitas dari puskesmas berupa smartphone, pulsa, keranjang yang ditempeli edukasi soal kehamilan, dan sepatu boot. Dengan fasilitas itu, mereka mengirim informasi secara online saat menemukan ibu hamil berisiko tinggi.
“Berkat program ini, mulai periode Januari 2017 hingga September 2018 ini, angka kematian ibu dan bayi di wilayah kami bisa ditekan sampai nol alias zero,” Hadi menambahkan.
Editor : Sotyati
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...