Program WASH untuk Pemberantasan Penyakit Tropis Terabaikan
JENEWA, SATUHARAPAN.COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), meluncurkan rencana global untuk lebih mengintegrasikan air, sanitasi, dan kebersihan (Water Sanitation and Hygiene/WASH), untuk memberantas penyakit tropis terabaikan atau Neglected Tropical Diseases/NTDs pada tahun 2020.
"Jutaan menderita karena penyakit tropis, dan terabaikannya air kebersihan dan sanitasi, antara lain penyakit seperti helminthiasis soil transmitted, penyakit cacing guinea, trachoma dan schistosomiasis, yang semuanya berdampak buruk bagi kesehatan, terutama anak-anak," kata Dr Maria Neira, Direktur WHO untuk Kesehatan Masyarakat, Lingkungan, dan Penentu Sosial Kesehatan, yang dikutip dari laman who.int
Program WASH diharapkan mendukung upaya yang sedang berlangsung dalam menanggulangi 16 dari 17 penyakit tropis (NTDs), yang sangat berdampak pada lebih dari 1 miliar penduduk termiskin dan paling rentan di dunia.
Sebuah laporan baru-baru ini menunjukkan, pada tahun 2015 lebih dari 660 juta orang tidak memiliki akses ke sumber air. Laporan WHO/UNICEF Joint Monitoring Programme untuk Air Minum dan Sanitasi menunjukkan, hampir 2,5 miliar orang tidak memiliki akses ke sanitasi, dan toilet yang bersih untuk membuang kotoran. Hal ini merupakan faktor yang penting bagi penyebaran NTDs. Lebih dari setengah juta jiwa hilang setiap tahun sebagai akibat dari NTDs.
"Perencanaan bersama, WASH merupakan kunci untuk menghilangkan penyakit tropis yang terabaikan, dan dalam mencapai berbagai kesehatan masyarakat dan tujuan pembangunan manusia," kata Dr Dirk Engels, Direktur Departemen Pengendalian Neglected Tropical Diseases.
Selain advokasi untuk air dasar, sanitasi, dan kebersihan, WHO menggunakan empat intervensi penting lainnya dalam mengatasi beban global NTDs. Empat strategi itu adalah kemoterapi preventif, manajemen penyakit intensif dan inovatif, pengendalian vektor, dan pelayanan kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan hewan dan produk.
Beri Uang Anak, Kurangi Buang Kotoran Sembarangan di India
Sementara itu, sekitar 1,1 milliar orang di seluruh dunia membuang air besar sembarangan, karena tidak memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak.
India merupakan salah satu negara yang sebagian penduduknya tidak memiliki toilet, menerapkan skema yang bertujuan untuk menumbuhkan kebiasaan menggunakan toilet pada anak-anak dengan "membayar mereka untuk buang air besar".
Membuang air besar di area terbuka biasa dilakukan di ladang, semak-semak, tempat terbuka, dan sungai.
Kebiasaan ini merupakan ancaman serius bagi kesehatan anak-anak. Ratusan ribu anak-anak meninggal setiap tahun, karena penyebaran penyakit melalui kotoran manusia.
Di India, hampir separuh dari populasi lebih dari 590 juta orang, membuang air besar di area terbuka.
Bagi banyak orang, kebiasaan itu merupakan sebuah ritual, dan sering kali tetap mereka lakukan meskipun fasilitas publik sudah tersedia.
Kini, dewan kota Gujarati di Negara Bagian Ahmedabad telah mengeluarkan skema kebijakan memberikan uang kepada anak-anak untuk menggunakan toilet umum.
Para juru kampanye berharap skema itu akan memperbaiki kondisi kesehatan warga di negara yang setiap tahunnya sekitar 200.000 anak-anak tewas akibat diare.
Warga yang tinggal di permukiman kumuh di Chandoliya di Ahmedabad, menggunakan rel kereta untuk membuang air besar, terutama di pagi buta sebelum muncul banyak orang di daerah tersebut.
"Kami telah membuat toilet umum tetapi warga tidak menggunakannya," kata Anil Prajapati, kepala Organisasi Pembangunan Sanitasi Gujarat, dikutip dari bbc.com .
"Sejumlah orang khawatir, ada penyihir di dalam atau anak-anak mereka akan diculik."
"Orang-orang ini datang dari desa kecil, dan mereka tidak terbiasa dengan praktek tersebut".
Infeksi yang berasal dari feses, juga menyebabkan perkembangan hampir separuh anak-anak di bawah umur lima tahun di India, di bawah rata-rata.
Untuk itu pejabat kesehatan di Dewan Kota Ahmedabad memiliki ide untuk melakukan pendekatan baru guna mendorong penduduk menggunakan toilet umum. "Kami memiliki 320 toilet umum dan kami tidak akan memunggut biaya dari 143 toilet," kata Dr Bhavin Solanki.
"Kami telah memantau sejumlah anak-anak yang masih membuang air besar di tempat terbuka persis di depan toilet umum yang memungut biaya."
"Jadi kami menyadari kami harus mengenalkan skema baru. Kami akan memberikan satu rupee kepada anak-anak per hari, atau kami memberikan mereka cokelat untuk mendorong mereka untuk menggunakan toilet."
Dewan kota, telah memiliki rencana untuk meningkatkan proyek tersebut, dan kemungkinan akan mulai membayar orang dewasa untuk menggunakan toilet umum. "Idenya adalah untuk memberikan pemahaman bahwa kebiasaan baik Anda akan diberikan penghargaan," kata D Thara, komisioner Perusahaan Daerah Ahmedebad.
"Sekali anak-anak mulai menggunakan toilet, orang dewasa tidak akan melakukan (membuang air besar di tempat terbuka) lagi. Anak-anak dengan sendirinya akan menjadi motivator."
Tetapi warga di bagian kota lainnya mengatakan, tidak akan mudah meyakinkan mereka untuk berubah. Mereka mengatakan, toilet tidak selalu bersih dan anak-anak mereka sering kali tidak jadi masuk ke dalam fasilitas umum itu, karena sejumlah orang terlalu banyak menggunakan air.
Perdana Menteri Narendra Modi, telah menetapkan prioritas untuk mengurangi kebiasaan membuang air besar di tempat terbuka di India, dan menginginkan agar setiap rumah memiliki toilet pada 2019.
Dalam beberapa tahun terakhir, India telah menerapkan kampanye sanitasi yang didanai secara penuh, tetapi hanya beberapa yang terlaksana.
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...