Promosi Komplet Budaya dan Wisata Indonesia di Danau Konstanz
BERLIN, SATUHARAPAN.COM – Pergelaran budaya biasanya hanya dikonsentrasikan pada persembahan tarian, nyanyian, dan lagu-lagu khas Indonesia. Upaya ini walau bagus, tidak selalu menjamin adanya kunjungan ke Indonesia oleh para penonton. Karena itu, KBRI Berlin dan Bern bekerja sama menyusun strategi promosi budaya dan wisata kawasan perbatasan secara lengkap di kota perbatasan Konstanz di Danau Constance pada Sabtu (24/11).
Konstanz, dipilih sebagai representasi kawasan multinasional berbahasa Jerman. Kota ini berbatasan langsung dengan Austria (pendapatan per kapita 52,000 USD atau Rp755.000.000), Swiss (pendapatan per kapita 85,000 USD atau Rp843.000.000), dan Lichtenstein (pendapatan per kapita 141,000 USD atau Rp2 miliar).
Paket komplet itu memadukan sekaligus tiga elemen penting dalam menggaet wisatawan asing ke Indonesia, advertising, branding, and selling. Indonesia telah memasang iklan di media Konstanz, dan malam budaya Indonesia merupakan kegiatan branding. Sementara itu, kegiatan selling dilakukan dengan menghadirkan 11 tur operator yang juga memberikan paparan tentang wisata Indonesia serta pemberian empat tiket pesawat gratis dari Jerman atau Swiss ke Indonesia.
"Kita tidak ingin pengunjung yang datang pada pertunjukan budaya Indonesia hanya menonton acara, pulang, dan sudah, berhenti di sana. Untuk itu, tidak hanya atraksi seni dan budaya yang kita siapkan. Kita juga perlu sediakan informasi tentang wisata ke Indonesia serta bagaimana para pengunjung dapat langsung membeli tiket saat itu juga. Sudah saatnya kita pakai Paket Komplet ", kata Dubes RI untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno, saat mengawali acara itu, seperti dilansir KBRI Berlin.
Sebelum malam pertunjukan seni dan budaya, diselenggarakan workshop tentang teknik menjual wisata Indonesia. Workshop itu diikuti oleh tur operator dan perjalanan dari Jerman dan Swiss.
"Tur operator dan agen perjalanan merupakan mitra kita untuk menarik wisatawan ke Indonesia. Mereka tidak mungkin bisa meyakinkan para wisawatan potensial, kalau mereka sendiri belum teryakinkan. Inilah salah satu pendekatan aspek branding and selling yang kita lakukan pada acara di Konstanz kali ini," kata Dubes Havas.
Riuh tepuk tangan sekitar 500 pengunjung yang berasal dari Jerman, Swiss, Licthenstein dan Austria, spontan mengiringi setiap pertunjukan. Sesi pertama diisi oleh Rampak Kendang dari group Angklung Orchestra Berlin, Tari Saman (Ratoeh Jaroe) dari Swadaya Indonesia Munchen eV, dan pertunjukan angklung oleh Angklung Orchestra Berlin. Para penonton terlihat enggan beranjak dari tempat duduk mereka. Apalagi saat angklung interaktif. Antusias seluruh hadirin sangat terasa saat bersama-sama memainkan lagu Can’t Help Falling in Love.
Pertunjukan Balawan Batuan Ethnic Fusion pada sesi kedua, menjadi "gong" kegiatan malam budaya Indonesia. Terkenal dengan kemahirannya memainkan gitar berleher ganda, sang magic finger, I Wayan Balawan bersama grupnya tampil memukau. Ada lagu/musik tradisional dan modern dari Indonesia, dan ada pula Barat. Semuanya dibalut dengan aransemen yang tetap memadukan khas tradisional Indonesia dan modern. Balawan juga mengajak penonton untuk "berkecak" dan menari Poco-poco bersama.
KBRI Berlin dan Bern juga didukung oleh Kementerian Pariwisata Indonesia dan Visit Indonesia Tourism Office (VITO), yang menyediakan informasi wisata Indonesia. Yasmine Lange dari VITO menyampaikan presentasi di depan hadirin tentang destinasi wisata Indonesia, termasuk yang di luar Bali.
Dua dari penonton yang hadir memenangkan undian dua tiket ke Indonesia untuk masing-masing, yang langsung diserahkan oleh Mr Dietmar Lehmann, Senior Key Account Manager for Singapore Airlines.
"Saya sangat terkesan dengan konsep promosi komplet yang diselenggarakan. Ini pengalaman baru buat saya. Semuanya bagus. Pemilihan tempat di Konzil Konstanz pun adalah pilihan yang cerdas. Selain gedung Konzil yang terkenal bersejarah, Kota Konstanz adalah tempat berliburnya para wisatawan dari berbagai negara di Eropa, khususnya dari Swiss dan Austria ,”kata Prof Dr Max Weiber, salah satu tamu yang hadir.
Dubes RI untuk Swiss Muliaman Hadad, yang hadir dan juga mengajak tokoh-tokoh masyarakat Swiss dari Zurich menyatakan, "Promosi budaya dan wisata ini juga akan dilanjutkan di kota-kota perbatasan lain di Swiss-Jerman."
Salah satu kota Swiss yang dapat dipertimbangkan adalah kota Basel, perbatasan antara Swiss-Jerman-Basel, "Saya juga akan terus menggarap tur operator Swiss yang hadir pada malam Budaya Indonesia di Konstanz ini karena kemampuan wisata masyarakat Swiss sangat tinggi."
Acara malam budaya Indonesia Konstanz merupakan kerja sama antara KBRI Berlin, KBRI Bern, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran II- Kementerian Pariwisata RI, VITO, Singapore Airlines, Panorama Tour, dan Reisefieber.
Dukungan masyarakat Indonesia yang ada di Konstanz juga menjadi kunci sukses acara ini. Termasuk Kevin dan Komang yang menjadi MC dalam Bahasa Jerman, yang menghidupkan suasana pergelaran Budaya Indonesia di Konzil Konstanz itu.
Editor : Sotyati
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...