Protes Anti Rasisme Meluas di Eropa
SATUHARAPAN.COM-Demonstrasi anti rasisme yang menyerukan keadilan rasial digelar di seluruh Eropa pada hari Minggu (7/6). Mereka bergabung dengan gelombang demonstrasi yang dipicu oleh kematian warga Afrika-Amerika, George Floyd di tangan polisi Amerika Serikat.
Beberapa ribu orang berkumpul di luar kedutaan AS di Madrid, Spanyol. Mereka berteriak, "Aku tidak bisa bernapas", mengutip kata-kata terakhir Floyd, dan menuntut keadilan.
"Rasisme tidak mengenal batas," kata Leinisa Seemdo, seorang penerjemah Spanyol dari Cape Verde. "Di semua negara tempat saya tinggal, saya mengalami diskriminasi karena warna kulit saya."
Di Italia, Piazza del Popolo ("People's Plaza") Roma, menjadi sunyi selama delapan menit, dan ribuan orang berlutut untuk mengenang Floyd, dengan tinju mereka ke udara. "Kita tidak bisa bernapas," teriak kerumunan, setelah keheningan kolektif.
"Sangat sulit untuk tinggal di sini," kata migran asal Senegal, Morikeba Samate, 32 tahun, salah satu dari ribuan yang telah tiba di Italia setelah mengambil risiko menyeberangi Laut Mediterania yang berbahaya.
Kematian Floyd bulan lalu telah memicu kerusuhan sipil paling serius dan luas di Amerika Serikat sejak Martin Luther King dibunuh pada tahun 1968. Petugas polisi, Derek Chauvin, telah didakwa dengan pembunuhan tingkat dua sementara tiga rekan petugas menghadapi dakwaan yang lebih rendah.
Mengubah Cara Hidup
Di Budapest, Hungaria, lebih dari 1.000 orang pada hari Minggu juga berkumpul dalam aksi protes “Black Lives Matter” di dekat kedutaan besar AS. "Kami datang bersama untuk melawan rasisme," kata penyanyi reggae Hungaria, G Ras. "Jika kita ingin hidup di dunia yang lebih baik, kita perlu secara radikal mengubah cara kita hidup."
Selain itu, sekitar 4.000 orang menghadiri dua acara serupa di Belanda. Demonstrasi lain terjadi di London, meskipun ada larangan terkait virus corona untuk pertemuan besar, setelah bentrokan Sabtu pada saat demonstrasi damai. Di Bristol di Inggris, sebuah kota yang terhubung dengan perdagangan budak, patung pedagang Edward Colston dirobohkan pada hari Minggu, dan dilemparkan ke pelabuhan.
Di Lausanne, Swiss, plakat demonstran berpakaian hitam bertuliskan "warna saya bukan ancaman", sementara hampir 10.000 orang berbaris di Brussels, Belgia, kata polisi. "Pembunuhan George Floyd jelas membangunkan banyak orang," komentar Ange Kaze dari Jaringan Belgia untuk Black Live Matter.
Beberapa bentrokan pecah di akhir pawai di Brussels, tetapi demonstrasi oleh 15.000 orang di Kopenhagen berakhir dengan damai. Bentrokan juga dilaporkan terjadi pada akhir protes di Goteborg, Swedia. Sekitar 2.000 orang keluar untuk pawai, tapi yang disetujui hanya 50 orang karena pembatasan pandemi virus corona.
Di Prancis, lebih dari 23.000 orang berdemonstrasi pada hari Sabtu (6/6), dan para pemain sepak bola dari tim Jerman berlutut selama akhir pekan untuk mengenang Floyd. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...