Protes dan Jatuhnya PM Bangladesh, Sheikh Hasina
DHAKA, SATUHARAPAN.COM-Puluhan ribu pengunjuk rasa menyerbu ibu kota Bangladesh dalam kegembiraan dan kemarahan setelah Perdana Menteri Sheikh Hasina mengundurkan diri pada hari Senin (5/8) untuk mengakhiri 15 tahun kekuasaannya dan meninggalkan negara itu.
Protes selama beberapa pekan dimulai dengan damai ketika mahasiswa yang frustrasi menuntut diakhirinya sistem kuota untuk pekerjaan pemerintah, tetapi protes tersebut berubah menjadi pemberontakan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Hasina dan partai Liga Awami yang berkuasa. Kemarahan juga masih ada sejak pemilihan umum bulan Januari, yang mengakibatkan pemenjaraan ribuan anggota oposisi.
Pemerintah menanggapi protes tersebut dengan kekerasan, menewaskan hampir 300 orang dan memicu kemarahan lebih lanjut. Perdana menteri menyebut para pengunjuk rasa sebagai penjahat dan mengatakan mereka harus diperlakukan dengan tangan besi.
Selama akhir pekan, para pengunjuk rasa menyerukan upaya "tidak bekerja sama", mendesak orang-orang untuk tidak membayar pajak atau tagihan listrik dan tidak masuk kerja. Kekerasan akhir pekan tersebut menewaskan puluhan orang di negara berpenduduk lebih dari 160 juta orang yang mayoritas Muslim itu.
Pada hari Senin, para pengunjuk rasa menentang jam malam militer untuk berbaris ke pusat ibu kota. Kali ini, pasukan ditarik mundur. Ketika akses internet dipulihkan, orang-orang mulai merayakan di jalan-jalan. Ribuan orang menyerbu kediaman resmi perdana menteri, dan Hasina melarikan diri.
Editor : Sabar Subekti
Mensos Tegaskan Tak Ada Bansos untuk Judi Online
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf atau Gus Ipul menegaskan tak ada ...