Protes di Tunisia, Memperingati 10 Tahun Revolusi Musim Semi Arab
TUNIS, SATUHARAPAN.COM-Ratusan pemuda bentrok dengan polisi di kota-kota di seluruh Tunisia pada hari Senin (18/1) malam. Mereka melemparkan batu dan bom bensin di ibu kota saat pasukan keamanan menggunakan gas air mata dan meriam air untuk mencoba memadamkan kerusuhan.
Hingga 300 pemuda bentrok dengan polisi di distrik ibu kota Ettadamon, kata wartawan Reutersdi sana, sementara penduduk Kasserine, Gafsa, Sousse dan Monastir menggambarkan terjadinya kekerasan jalanan di kota-kota itu.
Kerusuhan dan protes terjadi ditengah peringatan 10 tahun revolusi “Musim Semi Arab” yang membawa demokrasi, tetapi perubahan hanya sedikit memberi keuntungan bagi sebagian besar warga Tunisia. Dan kemarahan meningkat akibat pengangguran kronis dan layanan negara yang buruk.
Peringtan itu tanpa agenda yang jelas, kepemimpinan politik dan dukungan dari partai-partai besar. Tidak jelas apakah demonstrasi akan mendapatkan momentum atau mereda, seperti banyak putaran protes sebelumnya sejak 2011.
Kerumunan massa di Ettadamon pada hari Senin tidak meneriakkan slogan selama bentrokan mereka dengan polisi yang mengenakan pelindung tubuh dan membawa tongkat. Pasukan keamanan berpatroli di daerah itu dengan kendaraan bergaya militer.
Amnesty International yang berbasis di London menyerukan untuk mengendalikan diri. Itu mengutip rekaman yang menunjukkan petugas memukuli dan menyeret orang-orang yang mereka tangkap dan mengatakan pihak berwenang harus segera membebaskan Hamza Nassri Jeridi, seorang aktivis hak asasi yang ditangkap pada hari Senin.
632 Orang Ditahan
Satu dekade setelah melepaskan belenggu pemerintahan otokratis, Tunisia sedang menghadapi krisis ekonomi, yang mencekik bahkan sebelum pandemi virus corona global melanda tahun lalu. Situasi itu menghancurkan industri pariwisata dan mengunci bisnis lain.
Seorang juru bicara Kementerian Dalam Negeri mengatakan pada hari Senin bahwa polisi telah menahan 632 orang pada hari Minggu (17/1) setelah apa yang disebut kerusuhan di seluruh negeri yang termasuk penjarahan dan serangan terhadap properti. Sebagian besar tahanan berusia 15-20 tahun, katanya.
Di Bourguiba Avenue Tunis, bulevar dengan deretan pepohonan diapit oleh kantor-kantor pemerintah dan gedung-gedung era kolonial tempat protes terbesar tahun 2011 berlangsung, para demonstran mengatakan mereka ingin orang yang ditangkap dalam beberapa hari ini dibebaskan.
"Mereka menyebut setiap orang yang memprotes sistem sebagai pencuri... Kami datang dengan wajah terbuka pada siang hari dan bukan pada malam hari untuk mengatakan kami menginginkan pekerjaan... Kami menginginkan martabat," kata Sonia, pengangguran yang tidak mau berikan nama keluarganya. Demonstran meneriakkan “jangan takut, jangan takut! Jalan itu milik rakyat!”
Di rumahnya di distrik Mnihla di Tunis, Presiden Tunisia, Kais Saied, berpidato di depan kerumunan puluhan orang yang menegaskan hak mereka atas "pekerjaan, kebebasan, dan martabat". Dia memperingatkan bahwa beberapa kekuatan politik berusaha memanipulasi para pengunjuk rasa untuk "menabur kekacauan". (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Awas Uang Palsu, Begini Cek Keasliannya
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Peredaran uang palsu masih marak menjadi masalah yang cukup meresahkan da...