Protes Kebijakan Imigrasi Trump, Yesus “Dikandangkan”
SATUHARAPAN.COM – Patung-patung kelahiran bayi Yesus, Maria dan Yusuf, yang biasanya menandai Natal, dimasukkan kandang pada Selasa, 3/6 di halaman Gereja Katedral Kristus dengan digembok dan di atasnya ditutupi kawat berduri.
Pendeta Stephen Carlsen, pendeta gereja di Monument Circle, mengatakan Keluarga Suci yang dikurung ini adalah protes terhadap kebijakan toleransi nol ala Presiden Trump yang menahan keluarga di pusat-pusat penahanan di perbatasan AS-Meksiko.
“Aku tahu isi Alkitab,” kata Carlsen. “Kita seharusnya mengasihi sesama kita seperti diri kita sendiri.”
Pendeta Indianapolis: “Setiap keluarga adalah suci.”
Pendeta Lee Curtis, pemilik ide itu untuk demonstrasi, mengatakan bahwa trio Alkitab ini adalah keluarga pengungsi yang mencari suaka di Mesir.
Tercatat, “Setelah orang-orang majus itu berangkat, tampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata, ‘Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia.’ Yusuf pun bangun, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir.”
Kata Curtis: “Keluarga ini (Yusuf, Maria, dan Yesus ~red) mewakili setiap keluarga, dan setiap keluarga adalah suci.”
Gereja Punya Sejarah Aktivisme Sosial
Ini bukan pertama kalinya gereja ini menimbang masalah sosial.
Para rohaniwan dari gereja Episkopal “progresif” ini, Carlsen dan Curtis, menghadiri rally Family Belong Together, pada Sabtu lalu, untuk memprotes penahanan keluarga imigran oleh administrasi Trump.
Maret lalu, Curtis membawa sekelompok pemuda ke rally Berbaris untuk Hidup Kita di Washington. Carlsen menghadiri rapat umum di Indiana Statehouse dengan kelompok dari gereja.
Carlsen mengatakan gereja telah menjadi progresif dalam beberapa tahun terakhir, terutama sejak memutuskan untuk menikahkan pasangan sesama jenis ketika Indiana melegalkan pernikahan tersebut pada tahun 2014.
Dia mengatakan advokasi imigran berasal dari jemaat gereja yang beragam.
“Ini mudah bagi kami,” kata Carlsen, seorang anggota organisasi lokal Faith di Indiana yang membela para imigran. “Ini pertanda baik. Saya menghargainya.”
“Saya pikir Yesus menginginkan semua orang untuk hidup bersama dan bebas. Tidak ada yang harus diperbudak,” kata Randy Sylvia. “Entah di mana, kurasa, hanya berharap untuk kehidupan yang lebih baik telah hilang karena melibatkan politik.” (Indy Star/Washington Post/Mashable)
Editor : Bayu Probo
AS Memveto Resolusi PBB Yang Menuntut Gencatan Senjata di Ga...
PBB, SATUHARAPAN.COM-Amerika Serikat pada hari Rabu (20/11) memveto resolusi Dewan Keamanan PBB (Per...