Psikolog Bagikan Cara Mencegah Peristiwa Perundungan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Psikolog Pendidikan yang juga Wakil Rektor IV Universitas Pancasila (UP) Dra. Diennaryati Tjokrosuprihatono, M.Psi menyampaikan beberapa cara atau tips sebagai upaya mencegah terjadinya peristiwa perundungan.
"Pertama adalah wellbeing, jadi anak harus memiliki rasa bahagia, kepuasan, tingkat stres yang rendah, secara fisik dan mental serta memiliki kualitas hidup yang layak," kata Diennaryati Tjokrosuprihatono di kampus UP Jakarta, Selasa (6/9).
Kedua adalah perilaku prososial, hal ini merupakan kemampuan anak untuk memberikan manfaat dan membuat nyaman orang-orang yang ada di sekitarnya, seperti membantu, berbagai dan membuat nyaman. Kemampuan ini, lanjutnya, sangat penting untuk menyiapkan anak-anak agar dapat diterima dalam lingkungan sosialnya.
Diennaryati juga mengatakan selain itu, orang tua juga harus mendidik anak-anak dengan prinsip delapan K yakni kasih sayang, keteladanan, komunikasi dua arah, kenyamanan, kebersamaan, kesempatan, keunikan anak dan keadilan.
Jadi lanjutnya kita harus menyayangi anak kita dan berikan pendidikan yang baik dalam keluarga dengan mempertimbangkan wellbeing anak sebagai fondasi anak berhubungan dengan lingkungan luar demi masa depannya.
Lebih lanjut Diennaryati menjelaskan penyebab perundungan, karena manusia pada dasarnya memiliki death insting di samping memiliki life insting.
"Perundungan juga disebabkan oleh hasil belajar sosial yang kurang baik dari lingkungan rumah, sekolah maupun masyarakat. Sehingga tidak memiliki perilaku psikososial. Jadi siapa yang bertanggung jawab terhadap terjadinya perundungan. Ada keluarga, sekolah dan masyarakat," tegasnya.
Pembentukan awal kepercayaan diri, harga diri dan konsep diri positif adalah keluarga. Sehingga, pola asuh orang tua yang cenderung otoriter dan banyak menghukum baik secata verbal, fisik, jelas Diennaryati, berdampak besar dalam pembentukan sikap anak.
Sementara sekolah sebagai lingkungan kedua sang anak terlalu fokus pada kegiatan kognitif semata. Bahkan apatis dengan kenyataan perundungan yang terjadi. Selain itu, sekolah kurang konsisten dalam menegakkan disiplin dan role model dari para guru juga mempengaruhi sikap anak.
Diennaryati juga menyampaikan kurangnya film cerita, serial baik film besar atau televisi yang mengajarkan kehidupan bersosialisasi dan nila-nilai moral serta kebaikan.
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...