PTI ke-14 ke Jombang Menimba Perdamaian dari Gus Dur
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Indonesia merupakan negara majemuk dan erat dengan pluralisme. Mulai dari suku, budaya, bahasa, hingga agama dan kepercayaan. Toleransi seharusnya menjadi atribut sehari-hari bagi bangsa ini untuk dapat hidup damai dan beriringan bersama. Namun faktanya, diskriminasi dan intoleransi masih mewarnai berbagai sektor dalam kehidupan kita.
Pdt. Frangky Tampubolon, Direktur Eksekutif Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) mengatakan berbagai peristiwa di bumi pertiwi, mulai ujaran kebencian atas nama agama, persekusi dan kekerasan, pelarangan kegiatan beragama dan sebagainya memperlihatkan bagaimana tindakan intoleransi dan pelanggaran kebebasan beragama masih terus terjadi.
“Belajar perdamaian dari Gus Dur adalah tujuan orang muda mengikuti Peace Train ke-14 yang kali ini digelar di Jombang. Ini berangkat dari intoleransi, diskriminasi, dan persekusi terhadap agama dan kepercayaan minoritas yang terus terjadi dan para pelakunya banyak dari orang muda,” kata Franky dalam keterangan tertulis yang diterima satuharapan.com, hari Kamis (28/7).
Frangky merujuk pada kasus-kasus teranyar, seperti perusakan Wale Paliusan, tempat menjalankan ritual komunitas penghayat Lalang Rondor Malesung (LAROMA) di Minahasa Selatan pada 21 dan 22 Juni lalu.
Salah satu inisiator Peace Train Indonesia ini juga sangat menyesalkan atas penghancuran dan pembakaran enam rumah milik umat Buddha dusun Ganjar, Mareje, Lombok Barat, yang terjadi pada malam 3 Mei dalam suasana Idul Fitri 2022 ini. Sebanyak 13 kendaraan bermotor hancur. 19 rumah rusak ringan dan ratusan umat Buddha yang terdiri dari perempuan dan anak-anak harus lari menyelamatkan diri.
Sementara itu pada tahun 2021, terjadi penyerangan dan perusakan masjid Ahmadiyah di Balai Harapan, Sintang, Kalimantan Barat oleh ratusan massa yang mayoritas adalah orang muda.
Perjalanan Meneladani Gus Dur
Romo Johannes Hariyanto, Sekertaris Umum Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) mengatakan, ICRP sebagai lembaga perdamaian di Indonesia yang didirikan Gus Dur bersama tokoh lintas iman di Indonesia, selalu berusaha melahirkan generasi muda yang berkarakter inklusif-pluralis.
"Oleh karenanya Peace Train Indonesia hadir menjadi ruang perjumpaan sebagai wadah untuk saling berbagi, berdialog dalam rangka mengenal satu sama lain guna mengikis prasangka, prejudis dan sikap buruk lainnya yang terkait dengan relasi antarumat beragama," kata Romo Hariyanto.
Ia juga menegaskan bahwa Indonesia sendiri bukan sesuatu yang secara definitif sudah jadi. Gus Dur adalah sosok Pluralisme yang selalu berusaha meng-Indonesia, dan generasi muda harus berani mengembalikan semangat Gus Dur tersebut.
“Dengan perjalanan bersama ke Jombang, melalui Peace Train Indonesia ke-14, pemuda akan melakukan dialog Imajiner membayangkan perjalanan spiritual lintas Iman dengan kehadiran Gus Dur,” kata Romo Hariyanto.
Mewujudkan Perdamaian dengan Perjalanan Bersama
Sekretaris Jenderal Dewan Masjid Indonesia (DMI) Imam Addaruqutni juga menambahkan secara individual dan dalam batas tertentu secara komunal, ia rasa apa yang setiap orang pikirkan dan yang mereka lakukan pada dasarnya adalah karena, di antaranya, ada kebenaran yang setiap orang yakini.
“Namun, masalahnya menjadi lain bahkan awal dari malapetaka sosial atau social calamity jika kemudian, dalam konteks kehidupan sosial atau sosialita inklusif, terjadi truth claim di mana kebenaran yang diyakininya dibarengi dengan absolutism claim dengan menganggap bahwa dia sendirilah yang paling benar dari semuanya,” ujar Imam.
Bagi Imam, bisa jadi semua unpeacefulness atau ketidakdamaian, konflik, clash, perang, dan sebagainya disebabkan oleh faktor tunggal atau berbagai faktor yang paralel. Dengan demikian usaha untuk mewujudkan perdamaian atau kedamaian Peace or Peacefulness mungkin harus belajar dari kita mulai keluar rumah seorang diri.
“Dengan Peace Train Indonesia, para pemuda akan bersama mewujudkan perdamaian lalu menempuh jalan raya bergabung dengan berbagai keramian di dalamnya dengan tetap mengendalikan diri secara kreatif tanpa mau menjadi faktor trouble maker, untuk kemudian sampai tujuan atau destination,” kata Imam.
Sebagai Alumni Pece Train Indonesia ke-12 dengan rute Jakarta-Temanggung, Tri Natalia Urada Ketua Pengurus Pusat PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia), berbagi pengalamannya mengikuti Peace Train Indonesia.
“Kegiatan seperti ini menjadi ruang jumpa dan ruang belajar secara langsung yang harus terus ada, karena dengan adanya perjumpaan secara langsung dengan orang-orang yang mempunyai keyakinan atau agama berbeda dapat saling mengetahui,memahami, mengenal satu sama lain dan lebih dekat,” terang Tri.
Papua Mengenang Gus Dur dengan Ziarah Perdamaian di Makam Gus Dur
Ketua DAP Wilayah III Doberay Papua Barat Mananwir Paul Finsen Mayor yang juga merupakan Alumni Peace Train Indonesia, memberi semangat terhadap perwakilan peserta dari Papua yang mengikuti Peace Train Indonesia-14 ke Jombang.
Menurutnya kehadiran teman dari Papua dalam Peace Train Jombang merupakan hal yang sangat penting karena Gus Dur tidak bisa dipisahkan dari Papua. Ia ada di dalam hati semua masyarakat Papua.
“Gus Dur adalah tokoh yang memberikan ruang demokrasi bagi masyarakat Papua untuk mengekspresikan identitasnya. Kehadiran peserta Papua mengikuti ziarah perdamaian pemuda Lintas Iman ke Makam Gus Dur, menjadi bukti rindu kami terhadap bapak Pluralisme Indonesia, Gus Dur,” ungkap Paul Finsen Mayor.
Dengan Peace Train Indonesia ke Jombang, Paul Finsen Mayor juga berharap semangat pluralisme bangsa ini dirawat, ditumbuhkembangkan dan dibangkitkan. Pluralisme mendatangkan kedamaian hidup berdampingan sebagai bangsa yang majemuk guna mewujudkan cita-cita bersama.
Vinsentius Arti Permata, Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Cendrawasih sebagai perwakilan peserta PTI ke-14 dari Papua, mengungkapkan rasa bangga dan harunya bisa mengikuti perjalanan ke Jombang dan ziarah mengenang Gus Dur.
Bagi Vinsen dan seluruh masyarakat Papua, Gus Dur adalah tokoh yang begitu dekat dengan Papua.
“Karena Gus Dur kami bangga menjadi orang Papua, Gus Dur selalu berusaha keras mengembalikan harkat dan martabat masyarakat Papua, mengembalikan nama Papua, dan megizinkan bendera Bintang Kejora berkibar,” ungkap Vinsen.
Gus Dur merupakan satu-satunya presiden Indonesia yang secara terbuka mengakui kembali masyarakat Papua sebagai bangsa. Dengan perjalanan PTI Jakarta-Jombang ini, Vinsen berharap dapat merasakan kehadiran Gus Dur yang sangat ia rindukan.
Belajar Kerukunan dan Perdamaian dari Kota Kelahiran Gus Dur
Sebanyak 50 Peserta Peace Train Indonesia (PTI) ke-14 siap belajar kerukunan dan perdamaian dari Kota kelahiran Gus Dur, Jombang. Kelima puluh peserta tersebut merupakan pemuda lintas iman terbaik dari seluruh Indonesia yang berkarakter inklusif-pluralis.
PTI ke-14 dihelat pada Kamis hingga Minggu, 28-31 Juli 2022 dari Jakarta menuju Jombang, Jawa Timur. Membawa 50 orang peserta dari berbagai latar belakang agama, PTI kali ini mengusung tema Belajar Kerukunan dan Perdamaian dari Kota Kelahiran Gus Dur.
Ahmad Nurcholish, Direktur Program ICRP ini menambahkan, Jombang menjadi kota tujuan karena di Jombang kita bisa mengenang Gus Dur dengan ziarah perdamaian dan mempelajari banyak hal dari Jombang yang merupakan kota kelahiran Bapak Pluralisme Indonesia, Gus Dur.
“Kita ingin belajar di sana bagaimana merawat keragaman dan perdamaian sekaligus mengetahui segala tantangan dan hambatan terkait dengan upaya mewujudkan toleransi dan perdamaian di kota tersebut,” tandas lelaki yang biasa disapa Cak Nur ini.
Sebanyak 50 peserta tersebut berasal dari berbagai kota di Indonesia yaitu Padang, Semarang, Yogya Madura, Cilacap, Jakarta, Tangerang, Solo, Surabaya, Papua, Pontianak, dengan ragam latar agama Islam, Katolik, Kristen, Orthodox, Bahai, Sikh dan Buddha.
Acara pelepasan rombongan PTI ke-14 dilaksanakan Kamis, 28 Juni 2022, pukul 15.30 WIB sore di Stasiun Senen, Jakarta Pusat dengan mematuhi protokal kesehatan yang ketat.
Hadir dalam pelepasan tersebut antara lain Sekretaris Umum ICRP Romo Johanes Hariyanto, Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Raja Juli Anton , Program Manager YBAW (Yayasan Bani Abdurrahman Wahid) Suraji, Direktur ICRP Pdt. Frangky Tampubolon, dan Pemimpin Redaksi Kabar Damai (kabardamai.id) Ahmad Nurcholish.
Helatan PTI ke-14 ini ICRP bekerjasama dengan Gereja Kristen Indonesia (GKI), Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Gusdurian, Analisis Papua Strategis, JIAD (Jaringan Isam Anti-Diskriminasi) Jawa timur, Wisata Kreatif Jakarta, Belanusa, Demokasi, dan Sejuk.
Rombongan PTI akan berangkat dari Stasiun Senen, Jakarta Pusat menggunakan moda transportasi kereta api menuju Jombang.
“Semua peserta dipastikan akan mematuhi protokol Kesehatan dan telah mendapatkan vaksin, mengingat pandemi Covid-19 masih hadir di sekitar kita. Kami juga yakin PTI bisa menjadi ruang belajar bersama dan jalinan persahabatan di antara orang muda lintas iman dan budaya.” kata Isa Oktaviani, koordinator PTI-14 kali ini.
Peace Train Indonesia merupakan program traveling lintas iman/agama dengan menggunakan moda kereta api, menuju ke satu kota yang telah ditentukan. Di kota tujuan peserta akan mengunjungi komunitas agama-agama, komunitas penggerak perdamaian, rumah-rumah ibadah, dan tokoh-tokoh yang dianggap sebagai actor penting toleransi dan perdamaian antar agama. Mereka juga akan berproses untuk saling belajar, berbagi cerita, berdialog, bekerjasama, mengelola perbedaan, berkampanye, dan menuliskan pengalaman perjumpaan dalam semangat kebersamaan dan persaudaraan.
PTI digagas oleh empat orang anak bangsa, yakni Pdt. Frangky Tampubolon, Anick HT yang selama ini dikenal sebagai aktivis Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (KBB), Ahmad Nurcholish, dan Destya Nawris penganut agama Bahai yang aktif dalam gerekan lintasiman, pendidikan anak, dan kesetaraan gender.
Secara rinci, PTI yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2017 ini sudah berkunjung ke berbagai kota, yakni: PTI 1 Jakarta – Semarang (15-17 September 2017), PTI 2 Jakarta – Surabaya (3-5 November 2017), PTI 3 Jakarta – Yogyakarta (26-28 januari 2018), PTI 4 Jakarta – Bandung (23-25 Maret 2018), PTI 5 Jakarta – Wonosobo (25-27 Mei 2018), PTI 6 Jakarta – Malang (24-26 Agustus 2018), PTI 7 Jakarta – Banten (24-26 Agustus 2018), PTI 8 Jakarta – Bogor (27-28 Oktober 2018), PTI 9 Jakarta – Madura (16-20 Oktober 2019), PTI 10 Jakarta – Cirebon (24-26 Januari 2020, dan PTI 11 Jakarta – Temanggung (24-26 Januari 2021) – Salatiga (22-25 April 2021) – Peace Train Virtual Goes to Spanyol (20 April 2022).
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...